Friday, June 5, 2015

Fiksi

Hakikat Fiksi

Sering kita mendengar istilah "fiksi" dalam khasanah sastra Indonesia. Istilah fiksi dapat berarti cerita rekaan atau khayalan. Dengan demikian sebuah karya fiksi dapat diartikan sebagai sebuah karya yang isinya bersifat rekaan, khayalan, atau tidak sungguh-sungguh terjadi. 
Dalam sebuah karya fiksi, pengarang dapat menyajikan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan. Altenbernd dan Lewis via Nurgiantoro (2012) mengartikan fiksi sebagai "prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasannya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia. 
Nurgiantoro (2012) mengungkapkan bahwa cerita fiksi meliputi berbagai masalah kehidupan dalam interaksinya dengan lingkungan dengan sesama, diri sendiri, serta Tuhan. Meskipun berupa khayalan, fiksi tidakboleh dianggap sebagai hasil lamunan belakan. Fiksi harus dipandang sebagai penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan pengarang terhadap hakikat hidup dan kehidupan. Sebuah hasil karya fiksi dilakukan dengan penuh daya pikir, kesadaran, kreatifitas dan tanggung jawab. Meskipun begitu, dalam dunia kesastraan juga terdapat bentuk karya sastra yang berdasarkan fakta. Karya sastra seperti itu menurut Abrams dalam Nurgiantoro (2012) diseebut sebagai karya fiksi historis (historical fiction), jika yang menjadi dasar penulisan fakta sejarah, disebut fiksi biografis (biographical fiction) apabila berdasarkan fakta biografis, dan fiksi sains (sciense fiction) apabila berdasarkan fakta ilmu pengetahuan.

Kebenaran Fiksi

Nurgiantoro (2012) berpendapat, kebenaran dalam dunia fiksi adalah kebenaran yang tidak harus sesuai dengan kebenaran dalam kehidupan nyata. Kebenaran fiksi boleh berbeda dengan kehidupan di dunia nyata. kebenaran fiksi adalah kebenaran yang sesuai dengan pandangan terhadap keyakinan pengarang. Dunia fiksi mengandung lebih banyak kemungkinan daripada yang ada di dunia nyata. Hal itu karena kreatifitas pengarang yang tak terbatas.
Wellek & Warren via Nurgiantoro (2012) mengemukakan bahwa realitas dalam karya fiksi merupakan ilusi kenyataan dan kesan yang meyakinkan yang ditampilkan, namun tidak selalu merupakan kenyataan sehari-hari.

Tipe-Tipe Fiksi

Berikut ini akan diuraikan tipe-tipe fiksi menurut Stanton (2012):

a. Romantisme dan Realisme

Fiksi tipe ini menggambarkan kehidupan dalam pergulatan antara emosi individu termasuk juga emosi orang lain.  Fakta-fakta dalam tipe ini berwujud mimpi, kegilaan atau pengalaman mistik. Fakta tersebut dapat melampaui dapat melampaui hukum-hukum fisis.

b. Fiksi Gotik

Di zaman sekarang, genre ini sering disebut cerita horor. Dalam genre fakta-fakta yang ada mendramatisasikan rasa takut dari dalam diri pembaca. Sarana-sarana yang sering digunakan dalam tipe ini adalah makam, hantu, mayat, rumah, suara aneh, pintu rahasia, dan adegan tengah malam. 

c. Naturalisme

Salah satu prinsip dasar yang terdapat dalam genre ini adalah objektivitas. Seorang penulis naturalis harus mampu memilah fakta agar selalu relevan dan sesuai dengan eksperimen yang dilakukan. Ia harus berfikiran yang ojektif. Selain objektifitas, genre naturalis harus deterministik, yaitu pelaku atau subjek individu yang ditempatkan dalam kondisi eksperimental tertentu dianggap tidak memiliki kehendak bebas. Naturalisme percaya akan perilaku manusia digerakan oleh kekuatan psikologis, fisiologis, ekonomis, dan sosial. Seorang individu dalam tipe ini tidak memegang kendali akan hidupnya.

d. Fiksi Proletarian

Fiksi ini diawali dari kekecewaan pada lingkungan yang kemudian direalisasikan dalam bentuk tema eksplisit. Fiksi ini tampak seperti meralat sejarah dan menawarkan solusi akan ketidakadilan yang sedang berlangsung. Fiksi ini juga dipandang sebagai fiksi yang berisi protes sosial.

e. Novel Dedaktis

Fiksi jenis ini bersebarangan dengan genre naturalisme, Apabila karakter dalam genre naturalitik bersifat seperti boneka yang dikendalikan, karakter dalam genre dedaktis mampu bertindak apa saja dalam hidup. Genre ini percaya bahwa perilaku sosial 'pekerti' dapat diandalkan, pentingm dan menjadi sandaran bagi setiap karakternya.

f. Alegori dan Simbolisme

Alegori kerap mengetengahkan peristiwa-peristiwa yang tidak mungkin terjadi. Genre ini lebih mengedepankan akal daripada emosi. Alegori merupakan pernyataan implisit mengenai polik, agama, moralitas, atau topik-topik lain yang didramatisi sedemikian rupa. Alegori dan simbolisme tidak benar-benar dapat dibedakan.

g. Satir

Satir merupakan karikatur versi sastra. Isi dari cerita satir cenderung melebih-lebihkan, cerdas, sekaligus ironi. Genre ini mengekspos absurditas manusia atau institusi, membongkar kesenjangan antara topeng dan wajah sebenarnya. Satir juga identik dengan sisi humoris namun serius (vitriolist)

h. Fiksi Ilmiah dan Utopis

Genre ini mencoba menjelajahi segala kemungkinan dalam prinsip-prinsip ilmiah, kemudian  merepresentasikannya dalam bentuk fiksi.

i. Ekspresionisme

Ekspresionisme sering dianggap sebagai teknik untuk mengomentari masyarakat atau mengeksplorasi jiwa. Akibatnya situasi yang digambarkan menjadi terbalik. Pemikiran tokoh atau makna dari setiap situasi ditampilkan seolah-olah mimpi dan berwujud simbol-simbol menyerampkan, sehingga sedikit sekali kemiripannya dengan dunia nyata.

j. Fiksi Psikologis: Arus Kesadaran

Fiksi ini adalah salah satu aliran sastra yang berusaha mengeksplorasi pikiran sang tokoh utama, terutama pada bagian yang terdalam yaitu alam bawah sadar.

k. Fiksi Otobiografis

Jenis fiksi ini berbeda dengan jenis otobiografi karena sifatnya yang bersifat fiktif. Pengarang pada genre ini bebas memanioulasi fakta,

l. Fiksi Episodis dan Pikaresk

Episodik dan pikaresk merupakan terminologis struktural yang hanya diperuntukan bagi novel. Alur dalam novel episodik disusun dalam episode yang berbeda. Setiap episode ini melengkapi dirinya sendiri, terangkai oleh satu atau beberapa tokoh.

m. Fiksi Eksistensialis

Fiksi tipe ini dipandang sebagai fiksi yang mengusung persoalan-persoalan yang menjadi bahasan filsafat eksistensialisme. Gagasan utama dalam filsafat ini tersampaikan lewat unkapan yang berbunyi "Eksistensi mendahului esensi" yang berarti manusia dihadapkan pada fakta fisis yang buram dan mengada dalam ruang dan waktu secara bersamaan. Fiksi jenis ini memperluas topik bahasannya pada keterisolasian, ketidakjelasan identitas, dan kegagalan individu dalam membangun hubungan interpersonal yang memuaskan dan keburaman dan absuditas duniannya,



Thursday, June 4, 2015

Sosiologi Sastra

Sosiologi Sastra

Pengertian Sosiologi Sastra

Damono, via Wiyatmi (2013) mengatakan, studi sosiologi sastra sering didefinisikan sebagai pendekatan yang memahami dan menilai karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemayarakatan (sosial). Apabila dilihat dari namanya, sosiologi sastra terdiri dari kata sosiologi dan sastra. Itu berarti bahwa sosiologi sastra adalah suatu ilmu yang bersifat interdisipliner. 
Karya sastra sendiri merupakan sebuah dokumen sosial, Hal itu dikarenakan karya sastra memiliki unsur cerita/isi yang berkaitan dengan masalah sosial. Sastra juga mempunyai kemampuan untuk mencatat kenyataan sosiobudaya  suatu masyarakat pada masa tertentu. Baik sosiologi maupun sastra, keduanya memiliki kajian yang sama yaitu manusia dalam masyarakat.
Dalam paradigma studi sastra, sosiologi sastra dianggap sebagai sebuah pendekatan yang berkembang dari pendekatan mimetik. Damono via Wiyatmi (2013) mengungkapkan bahwa karya sastra tidak dapat begitu saja jatuh dari langit, pasti ada hubungan antara sastrawan, sastra dan masyarakat.

Wilayah Kajian Sosiologi Karya Sastra

Wilayah kajian sosiologi sastra meliputu isi karya sastra, tujuan, serta hal lain dalam karya sastra yang berkaitan dengan masalah sosial. Karya sastra yang memiliki isi yang berkaitan dengan masalah sosial pada zamannya sering dipandang sebagai salah satu dokumen sosial. Sebagai dokumen sosial, sastra dapat digunakan untuk menguraikan ikhtisar sejarah sosial. Kajian pada sosiologi sastra tidak melihat karya sastra secara keseluruhan. Kajian sosiologi sastra hanya tertarik kepada isi sastra, yaitu unsur-unsur yang berkaitan dengan sosio-budaya yang terdapat dalam karya sastra. 

Strukturalisme Genetik dalam Sosiologi Sastra

Strukturalisme genetik adalah salah satu tipe sosiologi sastra yang memahami karya sastra dari asal-usul genetiknya (genetik). Kajian ini berangkat dari struktur karya sastra yang dipahami dalam hubungannya dengan struktur masyarakat dan pandangan dunia yang melahirkannya.
Pandangan strukturalisme genetik mengenai pengarang, Strukturalisme genetik mengkaji karya sastra dalam hubungannya dengan pandangan dunia kelompok sosial pengarang. Ciri khas strukturalisme genetik adalah memahami dan mengkaji karya sastra berdasarkan aspek genetik atau asal usulnya, yaitu dalam hubungannya dengan pengarang dan pandangan sosial historis yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. 
Ada beberapa konsep yang dipahami dalam strukturalisme genetik, yaitu pengarang sebagai subjek transidividual atau subjek kolektif, pandangan dunia, fakta kemanusiaan, struktur karya, dialektika, dan pemahaman-penjelasan. Berikut penjelasannya menurut Wiyatmi (2013):

Pengarang sebagai subjek transindividual atau subjek kolektif

Pengarang tidak dilihat sebagai seorang individu yang menciptakan karya sastrra seorang diri. Pengarang dianggap sebagai subjek transindividual/subjek kolektif, pengarang bukan semata-mata kumpulan individu yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan, satu kolektivitas. Pengarang dilihat sebagai anggota kelompok sosial tertentu yang ada dalam masyarakat

Pandangan dunia dalam perspektif strukturalisme genetik 

Pandangan dunia adalah konsep yang menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang membedakannya dengan kelompok sosial yang lain. (Kesadaran kolektif)

Struktur Karya Sastra

Strukturalisme genetik, memandang karya sastra sebagai fakta sosial. Fakta sosial diartikan sebagai fakta (sesuatu hal) yang mempunyai peran dalam sejarah (Faruk, via Wiyatmi, 2013)
Dalam konsep strukturralisme genetik, struktur karya sastra bersifat tematik. Hal itu dikarenakan yang menjadi pusat perhatiannya adalah relasi antara tokoh dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya. 

Dialektika: Pemahaman-Penjelasan

Metode ini merupakan cara memahami karya sastra yang ditandai dengan pasangan konsep: keseluruhan-bagian dan pemahaman-penjelasan. Berikut ini adalah pelaksanaan metode dialektika: (1) peneliti membangun sebuah model yang dianggap memberikan tingkat probabilitas tertentu atas dasar bagian, (2) lakukan pengeceka terhadap model itu dengan membandingkan bagian dengan keseluruhan dengan cara menentukan sejauh mana setiap unit yang dianalisis tergabungkan dalam hipotetis yang menyeluruh. (3) menentukan daftar elemen dan hubungan-hubungan baru yang tidak dilengkapi dalam model semula. (5) menentukan frekuensi elemen-elemen dan hubungan yang diperlengkapinya dengan model yang sudah di cek itu (Goldman via Wiyatmi, 2013)

Untuk lebih jelasnya silahka baca: Wiyatmi. 2013. Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia. Yogyakarta: Kanwa Publisher,

Wednesday, June 3, 2015

Novel: Pengertian, Ciri-Ciri dan Unsur Pembangun

Novel 

Pengertian Novel

Dalam KBBI, novel dipahami sebagai karangan prosa yg panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya yang menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Stanton, (2012) mengemukakan, apabila pada cerita pendek, kita hanya menemukan satu permasalahan tunggal, maka dalam novel, kita dapat menemukan berbagai komplikasi dan permasalahan. Karena bentuk novel yang panjang, novel tidak dapat mewarisi kesatuan padat seperti yang dipunyai cerpen. Topik di dalam novel juga tidak terlalu menonjol. Berbeda dari cerpen, novel mampu menghadirkan perkembangan karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak karakter, dan berbagai peristiwa ruwet secara mendetail. 

Ciri-Ciri Novel

Ciri khas novel menurut Stanton (2012) terdapat pada kemampuannya untuk menciptakan satu semesta yang lengkap dan rumit. Novel juga terdiri dari beberapa bab. Setiap bab mengadung berbagai episode. Episode dan bab dalam novel sangat mungkin memiliki ketertarikan satu sama lain. Istilah episode dalam novel atau cerita fiksi hampir mirip dengan 'adegan' dalam drama. Pergeseran satu episode ke episode lain biasannya ditandai dengan pergeseran waktu, tempat, atau karakter-karakter.
Untuk dapat membaca novel dengan baik, pembaca harus sadar bagaimana setiap episode dalam novel saling berhubungan.

Unsur Pembangun Novel

Unsur pembaangun novel pada umumnya hampir mirip dengan unsur pembangun cerpen. Berikut unsur pembangun novel dapat dilihat di sini

 




Tuesday, June 2, 2015

Sinopsis Novel Canting

Canting

Pengarang  : Arswendo Atmowiloto
Penerbit      : Gramedia
Tahun          : 1968 (Cetakan IV)

Tugenem merupakan istri dari Raden Ngabehi Sestrokumoro, atau yang biasa dipanggil Pak Bei. Semenjak menjadi istri Pak Bei, Tuginem tidak lagi menjadi buruh batik. Pak bei sendiri merupakan priayi. Dengan menjadi istri priayi berarti Tuginem tidak lagi menjadi wong cilik. Nama Tuginem pun pupus menjadi Bu Bei.
Bagi tradisi keraton, tindakan Pak Bei mengawini Tuginem merupakan sebuah penyimpangan tradisi.
Pak Bei sadar bahwa hal yang dilakukannya tentu akan mendatangkan masalah di kemudian hari. Meskipun begitu, Pak Bei tetap merasa bahagia.
Dari perkawinanya dengan Tuginem, Pak Bei dikaruniai banyak anak. Anak pertama bernama Wahyu Dewabrata; anak kedua, Lintang Dewanti; anak ketiga, Bayu Dewasunu, kemudian Ismaya Dewakusuma, Wening Dewamurti dan yang terakhir Subandini Dewaputri Sestrokusuma.
Bagi Bu Bei, Pak Bei adalah sosok pelindung. Dalam perlindungannya akan mendatangkan kebaikan.
Untuk membantu sang suami, Bu Bei merasa perlu menghidupkan lagi usaha batik keluarga Sestrokusumo. Sebagai seorang istri yang berasal dari wong cilik, Bu Bei termasuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sebagai istri, ia berbakti sepenuhnya untuk kepentingan keluarga, sebagai pengusaha, ia gesit, tegas, dan berani.
Dengan cara didiknya, Bu Bei berhasil mewujudkan cita-cita anaknya. Semua anaknya mendapat pendidikan hingga sarjana. Mereka semua juga telah berkeluarga dan hidup bahagia. Hanya satu yang belum berkeluarga yaitu si bungsu. Sebenarnya si bungsu telah memiliki calon dan tinggal menetukan hari perkawinannya. Namun, melihat keadaan Bu Bei yang sudah renta, dan melihat usaha batik yang makin mundur. Ni si bungsu, memutuskan untuk mengurusi usaha batik ibunya.
Timbulah perselisihan di dalam keluarga itu. Tak berapa lama Bu Bei meninggal, namun perselisihan tidak berhenti. Ni dicurigai sebagai anak hasil hubungan gelap. Di antara anak-anak pun terjadi persaingan yang tidak sehat. Mereka kurang setuju Ni melanjutkan usaha batik keluarga Sestrokusumo.
Meskipun begitu, Ni tetap teguh hati. Ia merasa yakin mampu menghidupkan usaha batik canting yang dulu dirilis ibunya. Ia tidak takut bersaing dengan perusahaan perusahan besar.
Sayang, kenyataan berkata lain. Usaha batik canting tetap saja tenggelam. Akhirnya Ni sakit dan hampir meninggal. Dalam sakitnya, ia sadar akan suatu hal. Tentang bagaimana seharusnya ia mengembangkan batik canting. Bagaimana canting harus melebur dirinya dengan masyarakat.

Ni akhirnya berangsur sembuh. Ia menikah dengan Himawan tepat setahun meninggalnya Bu bei. Kakak-kakanya sudah tidak lagi bermusuhan. Mereka membantu mempromosikan batik pada turis hingga anak Ni lahir. Anak itu diberinama Canting Daryono sebagai rasa sukur sukacita terhadap batik canting.

Sinopsis Novel Percobaan Setia

Percobaan Setia

Pengarang  : Suman Hs
Penerbit      : Nusantara
Tahun          : 1961 (Cetakan IV)

Pengalaman baru yang didapat di desanya yang baru lama-lama menbuat Syamsudin bosan. Ia berkeinginan untuk merantau. Orang tua Syamsudin melepas anaknya pergi dengan berat hati.
Dalam perantauan, Syamsudin tinggal dan bekerja pada saudagar di Malaka. Ia sempat mengalami pengalaman pahit ketika tinggaldi Bengkalis. Untungnya saudagar kaya itu sangat baik, bahkan menganggap Syamsudin sebagai anaknya sendiri.
Syamsudin pernah menggagalkan kebakaran yang hampir melumatkan anak saudagar tersebut. Anak itu bernama Haji Salwiah. Hal inilah yang  membuat suami istri saudagat itu berkeputusan untuk menikahkan anaknya, Haji Salwiah dengan Syamsudin. Guna menghindari prasangka buruk dari orang-orang di sekitar, Syamsudin diperintahkan untuk menunaikan ibadah haji terlebih dahulu.
Dalam perjalanannya ke Mekkah, Syamsudin bertemu dengan sahabatnya. Jamin namanya, ia adalah sahabat karib Syamsudin. Suka duka mereka alimi berdua. Berbagai hal telah mereka lalui berdua. Misalnya saja waktu Syamsudin kecopetan. Jamin rela membantu Syamsudin berjualan.
Sepulang dari Mekah, Syamsudin menyempatkan diri menginap di Pulau Pinang sebelum melanjutkan perjalanan ke Malaka. Kali ini ia tidak bersama Jamin karena Jamin akan menuntuk ilmu di Mekkah. Di pulau itu, ia berkenalan dengan Abdulfatah. Abdulfatah mengaku sangat mengenal keluarga Haji Salwiah. Syamsudin banyak bercerita tentang rencana pernikahannya dengan Haji Salwiah kepada Abdulfatah.
Syamsudin sendiri tidak menyangka bahwa ternyata Abdulfatah menyimpan rasa terhadap Salwiah. Ketika mengetahui Syamsudin adalah calon suami Haji Salwiah timbul niat jahat. Syamsudin dibuatnya luka parah dalam tabrakan yang direkonstruksi oleh Abdulfatah. Selanjutnya, Abdulfatah menipu beberapa pihak dan hingga akhirnya keluarga Haji Salwiah menerima kabar bahwa Syamsudin telah meninggal.
Sahabat Syamsudin yang kala itu kembali ke tanah air terkejut bercampur geli ketika mengetahui keadaan Syamsudin. Apalagi setelah mengetahui pelakunya. Dengan kepandaian Jamin, ia membalas Abdulfatah. Ia memerdayainya sehingga semua rencara perkawinan Abdulfatah dengan Haji Salwiah berhasil digagalkan.

Karena sering melakukan penipuan, Abdulfatah akhirnya dihukum. Tuhan masih mencintai Syamsudin, begitu juga istrinya.

Sinopsis Novel Dijemput Mamaknya

Dijemput Mamaknya

Pengarang  : HAMKA
Penerbit      : Mega Bookstore
Tahun          : 1962 (Cetakan III)

Musa adalah pemuda perantauan. Ia sebenarnya terpaksa merantau. Setelah perkawinannya dengan Ramah dilangsungkan, kehidupannya justru semakin tidak baik. Mertuannya juga tidak menyukai Musa. Setiap hari selalu mengeluh tentang ketidakmampuan Musa mencukupi kebutuhan istrinya.  Karena itu ia memutuskan pergi merantau.
Untuk mencukupi kebutuhan di tanah perantauan, Musa berjualan kain kasur. Keuntungannya memang tidak banyak, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua.
Beban Musa bertambah ketika anaknya lahir. Selain untuk biya kesehatan anak dan istrinya, ia juga harus mebiayai ongkos pulang mertuannya yang menunggui kelahiran cucunya.
Meskipun sering mendapat surat dari Mertuannya yang intinya menginginkan agar Musa dan keluarga pulang dan tinggal di tanah asalnya, Musa tetap tidak menanggapinya. Mereka lebih suka hidup di perantauan. Meski miskin mereka merasa merdeka. Tidak ada lagi omongan yang merendahkan.
Kabar tak enak datang dari orang-orang seperantauan musa yang pulang. Mereka menceritakan bahwa Musa selalu berselisih dan tidak segan-segan menempelengg istrinya. Anaknya juga tak luput dari omonga. Dikatakan bahwa anaknya kudisan karena tidak terurus. Akhirnya kemelaratan musa menjadi buah bibir kerabatnya. Maka dari itu kerabat di kampung sepakat menjemput Ramah, istri Musa dan anaknya.
Meskipun demikian, Ramah tetap bersikeras untuk tinggal, hal itu karena ia sangat mencintai suaminya. Namun kekerasan hati Ramah luluh karena Musa mengizinkan mamaknya untuk membawa Ramah serta anaknya pulang ke kampung halaman. Hal itu dilakukan Musa atas berbagai pertimbangan.
Dua minggu setelah kepulangan ramah, Musa mendapat surat dari istrinya yang mengabarkan ketidaknyamanan hidup di kampung halaman. Musa juga mendapat surat dari ibunya yang isinya kekecewaan dari kaum kerabatnya karena menjemput pulang Ramah.

Di kampung halaman, Ramah dipaksa untuk bercerai dengan Musa. Musa mengetahui hal itu dari seorang kerabat dari kampung yang bernama Samah. Ia sedih namun tidak dapat berbuat apa-apa. Begitulah kisah lelaki miskin yang benama Musa.

Sinopsis Novel Asmara Jaya

Asmara Jaya

Pengarang  : Adinegoro
Penerbit      : Balai Pustaka
Tahun          : 1931 (Cetakan II)

Sebuah perkawinan yang dilaksanakan di Padang berlangsung tanpa kehadiran mempelai pria. Perkawinan itu sejatinya antara Nuraini dan Rustam. Rustam sebenarnya merupakan pria yang sudah beristri. Istri Rustam bernama Dirsina, ia adalah seorang gadis Sunda.
Kala itu ketika Nuraini dalam perjalanan hendak menemui Rustam di Bandung, Rustam dan Istrinya sedang dalam masalah. Anak mereka yang berumu satu setengah tahun meninggal. Istri Rustam sendiri, Dirsina kala itu sedang mengandung tiga bulan. Rustam sangat mencintai istrinya. Namun, cinta itu terbentur oleh adat. Menurut adat yang berlaku Rustam harus menceraikan istrinya karena bukan berasal dari suku yang sama.
Hal itu diabaikan Rustam. Hatinya telah bulat untuk memilih mencintai istrinya. Biarpun ia dipaksa mengawini Nuraini Rustam tidak ambil pusing. Hal itu juga yang menyebabkan Rustam menolak rombongan yang datang dari Padang.
Setelah orang tua Rustam dan Nuraini pulang, Disrina yang kala itu masih sakit akhirnya jatuh pingsan. Rustam meminta tolong kepada Nyonya Meerman, ia adalah seorang dokter berkebangsaan Belanda. Nyonya Meerman tak lain adalah tetangga Rustam. Nyonya Merrman juga yang menolongnya ketika ia hendak bunuh diri karena rumitnya persoalan hidup.
Tak berapa lama, Ibu Nuraini datang. Ia bermaksud menjernihkan persoalannya. Dari pembicaraan itu disepakati cara penyelesaian masalah bagi Rustam dari pihak Nuraini, yaitu keduanya sebaiknya bercerai. Perceraian itu tidak diketahui oleh ayah Rustam.  Ayah Rustam masih menginginkan anaknya agar segera menceraikan Dirsina dan hidup bersama Nuraini.
Dalam perjalanan berlibur dengan Dirsina, Rustam mengirim surat kepada Nuraini yang berisikan ideologi Rustam mengenai poligami. Ia menulisnya dengan hati-hati agar tidak disalah sangkakan oleh Nuraini.
Dengan tulus iklhas, Rustam meminta maaf dan memohon pengertian ayahnya mengenai persoalan dirinya. Di luar dugaan, ayah rustam akhirnya mau mengerti kesulitan anaknya itu. Ia juga akhirnya menyetujui pilihan Rustam dan berjanji tidak akan mengganngu kebahagian rumah tangga itu.

Setelah itu, ayah Rustam kembali ke Padang. Nuraini sementara masih tinggal di Bandung. Sedangkan Rustam dan Isrinya masih pergi berlibur.

Sinopsis Novel Di Kaki Bukit Cibalak

Di Kaki Bukit Cibalak

Pengarang  : Ahmad Tohari
Penerbit      : Pustaka Jaya
Tahun          : 1986

Dalam waktu dekat penduduk Desa Tanggir yang berada di kaki Bukit Cibalak akan menyelenggarakan pemilihan kepala desa. Sebagaimana biasanya para calon kepala desa memulai intrik-intrinya. Ada yang secara sembunyai-sembunyi, ada juga yang terang-terangan.
Ada lima orang calon kepala desa, namun dari lima calon itu, hanya dua yang punya peluang menang pemilihan. Kedua orang itu adalah Pak Badi. Pak Badi adalah lulusan SMEP. Orang kedua adalah Pak Dirga.
Dari hasil perhitungan suara, Pak Dirga terpilih sebagai Kepada Desa Tanggir yang bari. Tentu saja hal itu membuat Pak Badi dan pengikutnya kecewa. Salah satu yang mengikuti pak Bardi adalah Pambudi. Ia adalah seorang pemuda 24 tahun yang bekerja mengurus lumbung koperasi.
Bagi Pambudi, kekecewaannya sangat beralasan. Kepala Desa yang baru tidak berbeda dengan kepala desa sebelumnya. Banyak kecurangannya dalam mengelola kas desa. Selain itu Pak Dirga juga bekerja sama dengan tengkulak sehingga sangat sulit bagi lumbung padi Desa memperoleh keuntungan. Akhirnya ia berhenti dan mencari pekerjaan lain.
Keputusannya tersebut salah satunya karena ketika itu ada seorang warga yang berniat meminjam padi. Namun ia ditolak kepala desa. Padahal yang akan meminjam tersebut adalah perempuan tua yang sangat memerlukan uang untuk berobat. Sikap kepala desa yang seperti itu membuat tekad Pambudi bulat. Ia segera mengundurkan diri.
Pambudi berniat menolong wanita tua tadi. Wanita itu bernama Mbok Ralem. Ia menderita kanker ganas. Tak kalah akal, Pambudi mendatangi kantor surat kabar Kalawarta yang berada di Yogya. Pambudi menemui pimpinan harian dan mengusulkan agar dibuka dompet amal guna pengobatan Mbok Ralem.
Tindakan tersebut membuat pemimpin Kalawarta tertarik. Namun, tindakannya itu justru membuatnya dibenci oleh kepala desa. Teror dan fitnah berdatangan kepada Pambudi. Dalang dari teror dan fitnah tersebut tak lain adalah kepala desa. Tak tahan dengan situasi tersebut, Pambudi pergi ke Yogya. Ia hendak bekerja sambil melanjutkan sekolahnya.
Dalam persiapan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, Pambudi bekerja sebagai pelayan toko milik Nyonya Wibawa atau Oei Eng Hwa. Pambudi merangkap pekerjaan sebagai pelayan toko, sekaligus pembantu. Karena pekerjaannya itu pula, Pambudi menjadi akrab dengan anak majikannya yang bernama Mulyani.
Suatu ketika, Pambudi ditawari bekerja di Harian Kalawarta. Usulnya mengenai dompet amal merupakan salah satu alasan Pambudi diterima di harian itu. Dengan diterimannya pambudi bekerja di Harian Kalawarta, ia harus meninggalkan pekerjaan sebagai pelayan toko.
Sekolah bekerja dan belajar berlangsung dengan baik. Hubungan dengan desa pun tetap berjalan. Sani, adalah salah satu gadis desa yang menarik hati Pambudi. Namun sayang gadis itu digaet Pak Dirga untuk dijadikan istri mudannya.
Pak Dirga akhirnya diberhentikan dari jabatan kepala desa. Ia terbukti banyak melakukan penyelewengan. Hal itu tak luput dari kerja keras Pambudi yang membongkar kecurangan kepala desannya.

Hubungan Mulyani dengan Pambudi tetap berlanjut dan akhirnya mereka mengakui perasaan masing-masing.

Sinopsis Novel Rafilus

Rafilus

Pengarang  : Budi Darma
Penerbit      : Balai Pustaka
Tahun          : 1988

Rafilus dikatakan pernah mati dua kali. Badan Rafilus katanya tidak terbuat dari daging, tapi dari besi. Tiwar memang sering berpikir melantur. Ia sering membayangkan macam-macam. Oa sering terhantuk ke dalam dunia yang diciptakannya sendiri.
Suatu ketika Jumarup, seorang kaya yang dermawan di Surabaya mengundang Tiwar dalam pesta khitanan anaknya. Memang Jumarup mengundang banyak orang, meskipun tidak dikenalnya. Selain Tiwar, Rafilus juga diundang. Sebagai tuan rumah, Jumarup dan keluarganya justru tidak datang dalam pesta itu. Para tamu hanya dilayani oleh pelayannya. Dalam pesta itu, Tiwar terus mengamati Rafilus. Semakin diamati, semakin tampak keanehan pada Rafilus.
Belakangan diketahui, ketidak hadiran Jumarup pada pesta itu adalah karena sakit parah.
Tiwar suka bertanya kepada opas pos tentang Rafilus. Dari cerita Munandir sang opas pos, ia banyak mengetahui tentang Rafilus, misalnya tempat tinggal, kebiasaan, dll. Konon Munandir sering diperlakukan baik oleh Rafilus. Ia sering diberi makan dan uang. Dari cerita Munandir Tiwas tahu bahwa Rafilus memiliki kekuata yang hampir sama dnegan Van der klooning, yaitu seorang Belanda yang hidup sendiri seperti Rafilus. Ada juga seorang Belanda lain yang memiliki perlakuan yang berlawanan dengan orang Belanda lainnya yaitu Jaan van Kraal. Ia selalu arogan dengan setiap orang yang datang ke ruamhnya, termasuk opas pos yang menyampaikan surat atau wesel kepadannya.
Tiwar secara berkala menerima surat dari Pawestri Keduanya lalu datang ke Surabaya Kota untuk bertemu. Di situ mereka bertemu dan saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Lalu mereka sepakat untuk melangsungkan perkawinan.
Entah perkawinan itu hanya lamunan Tiwar atau benar-benar terjadi tidak menjadi soal bagi Tiwar. Yang penting Tiwar mengetahui asal usul dirinya. Melalui surat surat Pawestri, Tiwar mengetahui bahwa gadisnya adalah seorang anak yang tak jelas siapa bapaknya. Pawestri juga pernah bercerita tentang kesibukan kantor yang membuatnya seperti mesin. Ada juga tentang cerita siapa kedua orang belanda yang bernama Van der Klooning dan Hjaan van Kraal.
Suatu ketika Pawestri meminta kepada Tiwar agar bersedia mempertemukan dirinya dengan Rafilus. Rupanya, Pawestri juga terpesona oleh kenehan tubuh Rafilus. Menurut Pawestri, Rafilus adalah laki-laki yang mampu memberi benih yang ia harapkan. Ia membayangkan anaknya kelak akan lahir sebagai orang yang perkasa. Pawestri berusaha menarik perhatian Rafilus, namun Rafilus sangat acuh terhadap Pawestri.
Tiwar yang ingin tahu lebih banyak tentang Rafilus segera melakukan pencarian. Ia berhasil bertemu Rafilus di rumahnya. Namun hal itu justru makin membuanya penasaran.
Setelah itu, berbagai peristiwa makin membuat tiwar terlelap dalam pikiran-pikirannya. Ia mulai melantur kemana-mana. Munandir tewas tergilas kereta. Ia sendiri nyaris tertabrak kereta yang sama. Lalu kecelakaan beruntun. Ada seorang lelaki tertabrak sebuah mobil dan penabraknya kabur begitu saja. Belakangan sang penabrak diketahui bernama Sinyo Minor, yang mati ditabrak Rafilus.
Tiwar mulai mengetahui asal-usul Rafilus. Namun pada saat akan terkuak, Rafilus justru tewas tersambar kereta.
Kematian Rafilus ternyata mengundang masalah lain. Tak ada seorang-pun yang mengenali Rafilus. Semua bingung hendak dikubur dimana. Beruntung datanglah Rabelin. Ia tak mengenal Rafilus, tetapi dia bersedia mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan penguburan Rafilus.
Rafilus hanya diantar beberapa orang salah satunya Tiwar. Pada saat yang sama, Jumarup mendadak mati. Ia juga dikuburkan di sana. Mengingat Jumarup termasuk orang kaya, dermawan dan dikenal masyarakat, pemakamannya diiringi oleh banyak pelayat. Akibat kematian Jumarup, ambulan Raflus Tersisih karena jalan menuju pemakaman itu macet.

Ambulan tidak dapat bergerak. Lalu saat ambulan melewati rel kereta api, medadak datang kereta api dan menyambar ambulan. Semua penumpang di dalam ambulan segera turun. Mayat Rafilus, untuk kedua kalinya tertabrak kereta. Kepalanya terlepas dan tertancap di tiang.

Sinopsis Novel di Simpang Jalan

Di Simpang Jalan
Pengarang  : Ras Siregar
Penerbit      : Pustaka Karya Grafika Utama
Tahun          : 1988

Pertemuan Bahrum dan Anita terjadi ketika Bahrun dalam kursus manajemen yang diikutinnya. Sama seperti Bahrum, Anita Rahman juga diutus oleh kantornya untuk mengikuti kursus manajemen. Meskipun masing-masing sudah berkeluarga, pertemuan keduanya yang semakin kerap menimbulkan rasa diantara mereka.
Bahrum memiliki lima orang anak. Berbeda dengan Bahrum, Anita belum dikaruniai anak sama sekali, hal itu membuanya merasa tidak bahagia dalam perkawinannya dengan Rahman. Pernikahannya dengan Rahman memang tidak didasari oleh rasa saling cinta, melainkan karena kehendak orang tua yang masih ada hubungan saudara.
Rahman sendiri berasal dari keluarga mampu. Ayahnya punya perusahaan kopi. Rahman merupakan tamatan SMA yang bekerja di P dan K Jakarta. Anita merupakan tamatan perguruan tinggi dan bekerja di perusahan swasta. Ia menduduku jabatan personalia.
Bahrum dan Anita sering bercerita keluh kesah. Bagi Anita, Bahrum adalah orang yang menyenandkan. Hal itu merupakan sesuatu hal yang tidak ia dapat dari sang suami.
Setelah ayahanda Rahman meninggal terjadilah pertengkaran. Pertengkaran itu terjadi karena Anita tidak datang pada malam ketujuh mertuanya meninggal. Hal itu dikarenakan ia tidak peduli lagi dengan mertuannya. Saat ditanya ia menjawab santai bahwa sedang nonton bersama teman-temannya. Mendengar jawaban itu sang suami marah besar dan menampar Anita. Akhirnya Anita minta diceraikan.
Anita dan Rahman berpisah. Anita menyewa sebuah rumah pondokan. Di sana ada lima wanita penyewa termasuk Anita. Tini, salah satu dari lima wanita itu sangat doyan berkencan dengan lelaki berduit. Anita bahkan pernah diajaknya. Rahman pernah mengunjungi anita di rumah pondokan itu dan memintannya pulang ke rumah, namun hal itu ditolak Anita.
Suatu ketika mertua Bahrum sakit. Istrinya harus pulang ke kampung halamannya untuk menjenguk orang tuannya. Bahrum tidak ikut. Ia memilih menjaga kelima anaknya. Selain itu, ia juga ingin melihat Anita.
Saat itu Anita mengambil cuti dari pekerjaannya. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Bahrum mengajak Anita jalan-jalan. Mereka saling melepaskan perasaan masing-masing.
Suatu malam Anita sempat hendak diperkosa oleh Yanto. Yang tinggal di pondokannya. Ia melawan sekuat tenaga dan berhasil kabur. Ia kemudian pergi ke rumah Bahrum. Meskipun kaget, setelah mendengar keterangan dari Anita, Bahrum mengusulkan agar Anita tinggal di rumahnya. Anita merasa senang dapat mengenal anak-anak Bahrum.
Suatu hari Rahman datang menjumpai anita di rumah Bahrum. Ia mengajak Anita kembali bersamannya. Anak-anak Bahrum juga cepat akrab dengan Rahman. Mereka bahkan berjanjo bertamasya ke Cibodas.

Sepulang dari Cibodas, Bahrum dan istrinya yang telah menanti di rumah memperkenalkan Anita dan Rahman kepada istrinya. Pengalaman itu mengubah Anita dan Rahman. Sesampainya di rumah. Rahman merangkul Anita. Mereka bersatu kembali demi terwujudnya rumah tangga yang bahagia.

Sinopsis Novel Darah Muda

Darah Muda

Pengarang  : Adinegoro
Penerbit      : Balai Pustaka
Tahun          : 1931 Cetakan II

Nurdin berhasil menyelesaikan Sekolah Dokter (Stovia). Pemuda Minangkabau ini berhasil menyelesaikan dengan baik studinya, meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama. Setelah lulus, ia bermaksud kembali kepada orang tuannya.
Ketika dalam perjalanan pulang, ia sempat bertemu dengan seorang gadis bernama Rukmini. Rukmini merupakan guru HIS. Saat itu ia dan ibunya berniat pergio ke Bangkahulu. Pertemuan dengan Rukmini telah mengubah sikap Nurdin. Ia dulu pendiam, apalagi jika berhadapan dengan wanita.
Nurdin tidak lama tinggal di kampung halamannya. Ia segera kembali ke Betawi dan bekerja di sebuah rumah sakit besar yang bernama CBZ. Ia bekerja selama setahun di rumah sakit itu, kemudian ia dipindahkan ke Bukittinggi. Nurdin merasa beruntung karena dipindahkan di Bukittinggi.
Suatu hari, Nurdin diajak pamannya ke sebuah rapat pendirian sekolah swasta. Saat itu ia mendengar seorang guru yang melamar pekerjaan di sekolah itu. Guru tersebut ternyata adalah Rukmini. Hasil dari rapat itu salah satunya adalah menerima Rukmini menjadi guru di sekolah itu.
Sayang, paman Nurdin ternyata memiliki niat lain. Ia berniat menjodohkan Nurdin dengan putrinya. Ia sempat mengutarakan keinginannya itu kepada Nurdin. Ternyata Nurdin memiliki pandangan lain tentang perjodohan. Ia bahkan mengecam adat perkawinan Minangkabau terutama dalam hal poligami.
Nurdin sempat bertemu Rukmini di stasiun Padang. Pada waktu itu, Ia hendak ke Bukittinggi untuk mulai bekerja. Dari pertemuan itu ternyata mereka berdua saling tertarik satu sama lain. Hubungan mereka semakin erat terlebih ketika ibu Rukmini sakit. Dengan kondisi ibu Rukmini, Nurdin memiliki kesempatan untuk sering datang ke rumah Rukmini. Akhirnya Nurdin memutuskan untuk melamar gadis pujaannya itu.
Ibu Nurdin merasa kurang senang dengan hubungan anaknya dengan Rukmini. Sesuai adat yang berlaku, Ibu  Rukminilah yang semestinya datang kepadanya dan meminta Nurdin menjadi suami putrinya. Sebab, dalam anggapan ibu Nurdin anaknya adalah orang yang terpandang. Sesuai adat, apabila justru Ibu Nurdin yang datang ke rumah ibu Rukmini hal itu dianggap tabu, dan mencerminkan bahwa anaknya sudah tidak laku.
Atas pertimbangan adat itu Ibu Nurdin memutuskan untuk mengakiri hubungan anaknya dengan Rukmini. Ibu Nurdin datang ke rumah Rukmini untuk menyampaikan bahwa Nurdin akan dikawinkan dengan seorang gadis anak mamaknya. Malamnya, Harun rekan sejawat Rukmini yang menceritakan perihal Nurdin. Ia bercerita bahwa Nurdin akan segera melangsungkan perkawinan dengan seorang gadis. Harun juga mengutarakan keinginannya untuk memperistri Rukmini.
Banyak sekali akal licik Harun untuk mengakiri hubungan Rukmini dengan Nurdin. Ia pernah mencuru foto Rukmini dari rumah Gafur, sahabat rukmini. Kemudian, ia berpura-pura sakit dan memanggil Doketer Nurdin. Selesai memeriksa Harun, ia melihat foto gadis pujaannya terpampang disebelah teempat tidur Harun. Ia bertanya kepada Harun tentang foto itu.  Harun menggunakan kesempatan itu untuk membuat cerita bohonh tentang Rukmini.
Semua kebohongan terungkap ketika Ibu Nurdin sakit. Sebelum meninggal ia menceritakan penyesalannya karena telah berusaha memutuskan hubungan anaknya dengan Rukmini.
Harun dijebloskan ke penjara karena ia terbukti melakukan berbagai kejahatan. Di penjara Harun menghabisi nyawanya dengan gantung diri.
Mengetahui kabar mengenai perbuatan ibunya dan Harun, Nurdin justru semakin menderita. Akhirnya ia pun sakit. Dalam sakitnya ia sangat menyesali apa yang telah dilakukan ibunya. Begitu juga, ia sangat merindukan Rukmini.
Dalam sakitnya ia mengutus orang untuk memanggil Rukmini. Tak begitu lama Rukmini datang. Cinta mereka pun bergema kembali.

Nurdin yakin akan kesetiaan Rukmini, terlebih setelah ia membaca buku harian Rukmini. Ia memutuskan untuk segera membangun rumah tangga bersama Rukmini.

Sinopsis Novel Muda Teruna

Muda Teruna

Pengarang  : Muhammad Kasim (1886)
Penerbit      : Balai Pustaka
Tahun          : 1922

Orang tua Marah Kamil adalah saudagar kaya. Dalam perjalanan mengantarkan emas pesanan orang di Natal Marah Kamil bertemu pencuri yang hendak mengambil emas yang dibawannya. Namun Marah Kamil tidak kalah akal. Berkat kecerdikannya ia mampu mengelabuhi sang pencuri. Tak hanya pencuri ia juga sempat bertemu dengan dua orang penipu. Sama seperti sang pencuri, kedua orang penipu itu ternyata juga tak mampu mengakali Marah Kamil. Marah Kamil berhasil kembali menemui orang tuannya dengan uang penjualan emas yang masih utuh.
Anni merupakan gadis tambatan hati Marah Kamil. Ia tinggal di kampung M. Anni pun ternyata juga menyimpan rasa terhadap Marah Kamil dan mereka saling jatuh cinta.
Suatu kala, Marah kamil membantu Abdurrahman, yang berniat melarikan seorang gadis. Dalam adat Mandailing sendiri, ada tiga cara yang biasa dipakai bila menjemput anak gadis. Pertama dengan upacara kebesaran yang tentunya membutuhkan biaya yang besar. Kedua, dengan cara yang sederhana, namun tetap saja membutuhkan biaya. Cara yang ketiga adalah seperti yang diperbuat Abdurahman. Meski cara ketiga ini tidak membutuhkan biaya yang besar, namun pemuda di sana, sesuai adat Mandailing tidak akan melepaskan sang gadis bila dilarikan pemuda lain. Karena kecerdikan Marah Kamil dan kerjasama pemuda di kamoungnya, sahabatnya itu bisa melaksanakan misi pelarian sang pujaan hati.
Nasib Abdurahman berbeda dengan Marah Kamil. Meskipun cinta tidak bertepuk sebelah tangan, Marah Kamil harus menghadapi kedua orang tuannya. Orang tua Marah Kamil tidak menyetujui apabila Marah Kamil mempersunting Anni. Karena patah hati, Marah Kamil memutuskan untuk pergi merantau.
Dalam perantauannya, Marah Kamil bekerja dengan seorang pedagan emas. Ia diberi pekerjaan sebagai juru tulis dan mandor kuli. Suatu ketika, dalam perjalanannya mencari emas, Marah Kamil terpisah dan tersesat di hutan. Nasib buruk memang, sesampainya di kampung pinggiran, ia justru disangka pelarian tahanan. Padahal, kampung itu adalah kampunnya sendiri.
Setelah bertemu orang tuanya, ia mendapat banyak nasihat salah satunya tentang bagaimana hidup itu berlaku.
Dalam pengembaraan yang selanjutnya, Marah Kamil berkenalan dengan Duakip. Ia menyaksikan nasib buruk Duakip karena selalu ditipu orang.
Di Bangkahulu, Marah Kamil sempat menemukan sejumlah uang yang akhirnya dikembalikan kepada yang memiliki. Zainul namanya. Karena itulah mereka menjadi sahabat karib, bahkan Zainul mengajak Marah Kamil berdagang kelontong bersama-sama. Marah Kamil tidak tahan dengan pekerjaan itu karena harus berjualan dari satu kampung ke kampung yang lain. Ia memutuskan untuk berhenti berdagang, kemudia melanjutkan pengembaraannya.
Sesampainya di Pasemah ia berkenalan dengan seorang lelaki tua yang memuji kepintaran Belanda. Setelah itu ia melanjutkan pengembaraan ke Jambi. Ketika menuju Jambi, perahu yang ditumpanginya karam karena diserang perompak. Ia dibawa perompak dan diangkat menjadi anak oleh salah seorang perompak. Ia tinggal beberapa bulan di pulau itu dan diajari berbagaimacam hal.
Suatu ketika, Marah kamil mengikuti ayah angkatnya ke suatu gua tempat penyimpanan barang rampokan. Pada saat itu juga ia mengetahui bahwa ayah angkatnya bukan orang baik. Dalam pengintaianya, ia dipergoki oleh seorang anggota perompak. Ia dikejar sampai ke tengah laut. Ia beruntung karena ditolong oleh dua orang Belanda. Ia sangat berterimakasih kepada orang Belanda itu. Ternyata orang itu adalah mantan majikannya ketika menjadi juru tulis.

Marah Kamil melanjutkan pengembaraanya ke Singapura dengan mengikuti tuannya itu. 

Sinopsis Novel Dendang

Dendang
Pengarang  : Darman Moenir
Penerbit      : Balai Pustaka
Tahun          : 1990

Tokoh pemuda dalam novel ini memiliki keberanian dan tekat yang kuat. Buktinya, hanya dengan tekad ia mampu menyelesaikan sekolahnya dan menjadi sarjana muda. Bagi ayah pemuda itu, hidup jangan menunggu kaya terlebih dahulu. Meskipun ia seorang pemuda miskin, dengan kemahirannya menulis cerita pendek dan diterbitkan di koran daerah, ia bisa menghidupi dirinya. Melalui tulisannya itu pula, pemuda ini menjalin hubunga dengan gadis Han.
Meskipun Ibu Han tidak setuju dengan pernikahan anak gadis dengan pemuda itu, namun karena ayah Han yang bijaksana, pernikahan dapat dilaksanakan.
Kantor tempat pemuda itu bekerja menempatkannya pada bagian penataan wajah dan pembetulan. Alhasil ia sering dikenakan sift malam. Bagi pemuda itu, Ia senang di berikan pekerjaan pada sift malam daripada siang. Baginya siang adalah waktu luang yang akan digunakan untuk menambah ilmunya khususnya kesusastraan.
Sayang, seribu sayang, kantor tempat pemuda itu bekerja memiliki jaringan listrik yang buruk. Listrik kantor penerbitan itu sering mati. Karena sering mati pemuda itu tidak dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Akhirnya ia dipindahkan ke bagian iklan.
Pada bagian iklan ia berusaha memperbaiki kesalahannya. Ia berhasil meningkatkan penjualan Iklan. Meskipun ia kini dikenakan dinas siang, pemuda itu masih bisa melanjutkan sekolah karena masih ada waktu luang sepulang bekerja. Namun karena kesibukannya itu timbullah pertengkaran diantara suami istri itu.
Pertengkaran semakin meruncing karena sebuah postcard yang bergambar seorang wantia teman sekolah pemuda itu. Sekalipun pemuda itu menjelaskan kepada istrinya, Han tidak dapat memaafkan suaminya. Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk mengirim surat untuk ayahnya di kampung. Surat itu isinya adalah pengaduan tentang maslaah keluargannya sekaligus rencana perceraiannya.

Ia mendapat nasihat dari beberapa temannya yang sesama seniman. Karena nasihat itu. Ia bertekad bahwa penting baginya untuk berusaha hidup dan menghidupi istri dan anaknya betapaun rintangannya, istri dan anak adalah tangung jawabnya. Karena itu ia tak boleh menyerah dalam menjalani hidup.

Sinopsis Novel Jalan Bandungan

Jalan Bandungan

Pengarang  : Nh. Dini
Penerbit      : Djambatan
Tahun          : 1989

Sebagai anak tertua, Muryati selalu menuruti permintaan orang tuannya. Hal itu dikarenakan ia hidup di dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Ketika ayahnya memberitahu bahwa Widodo anak buahnya melamarnnya, Muryati langsung menerima lamaran itu, meskipun dengan syarat bahwa ia harus mengenal lebih dekat calon suaminnya itu.
Setelah pertunangan dilakukan, keduannya saling menjajaki untuk mengenal pribadi masing-masing. Karena ada perbedaan pandangan antara Widodo dan Muryati, gadis itu sempat ingin memutuskan pertunangannya. Bagi Munarti, Widodo adalah orang yang mempunyai pandangan sempit dalam menilai arti sebuah keluarga. Selain itu, Muryati juga merasa aneh karena Widodo tidak pernah sekalipun memperkenaslkan mereka kepada keluargannya. Widodo sering beralasa yang tidak jelas apabila ditanya mengenai keluarga.
Meskipun melalui masa-masa yang sulit, ternyata mereka berdua akhirnya menikah juga. Dalam kehidupan pernikahan, Muryati semakin mengetahui tabiat sang suami yang sebenarnya. Widodo bukanlah tipe suami yang baik. Ia kasar, tidak bertanggung jawab. Hal ini mulai dirasakan Muryati setelah mempunyai anak. Widodo belakangan ini tidak pulang ke rumah.
Beberapa waktu kemudian, Muryati mengetahui sebab suaminya tak pulang. Hal itu karena ia ditahan pihak berwajib karena terlibat anggota partai komunis. Kabar itu tentu saja sangat mengejutkan hati Muryati. Dengan tiga anak peninggalam Widodo, beban Muryati bertambah berat.
Untuk mengurangi beban pikirannya, Muryati kembali mengajar. Ketika pihak Kedutaan Belanda mengeluarkan beasiswa bagi guru yang ingin belajar di sana, Muryati ikut mendaftar. Hal itu sebagai salah satu cara Muryati keluar dari bayang-bayang suaminya.
Pulang dari tugas belajar, Muryati menikah dengan Handoko, adik Widodo, yang dikenalnya waktu ia belajar di Belanda.
Dibebaskannya para tahanan politik dari Pulau Buru membuat khawatir para istir yang dulu ditinggalkan, salah satunya Muryati. Meskipun kini ia resmi menjadi istri Handoko, kedatangan Widodo ke rumah Muryati di Jalan Bandungan membuat Muryati cemas. Dugaan Muryati terbukti. Pernikahan yang sudah dijalani Muryati selama tujuh tahun mulai terganggu oleh olah Widodo.

Untuk sementara Handoko dan Muryati berpisah karena Handoko harus bekerja di Eropa. Mereka berpisah tapi tidak cerai. Mereka sepakat bahwa kebersamaan mereka tidak aka mudah dilupakan.

Sinopsis Novel Ladang Perminus

Ladang Perminus

Pengarang  : Ramadhan KH
Penerbit      : Pustaka Jaya Grafiti
Tahun          : 1990

Perminus merupakan singkatan dari Perusahaan Minyak Nusantara. Salah satu karyawan Perminus ialah Hidayat, umurnya kurang lebih empat puluh lima tahun. Ia selalu sibuk melayani tamu-tamunya bahkan tak sedikit tamu-tamu asing yang bekerja di Indonesia memanfaatkan analisisnya dalam menilai situasi. Banyak yang merasa puas atas arahan Hidayat.
Perminus sering menjadi sorota masyarakat terutama karena tindak korupsi besar-besaran di perusahaan itu. Media masa menyuguhkan berita yang menyudutkan. Akibatnya para karyawan resah dan saling curiga. Mereka khawatir dipecat dari perusahaan itu karena tim keamanan pimpinan seorang kolonel sedang giat-giatnya mencari siapa yang menjadi narasumber berita bagi koran-koran.
Salah satu karyawan yang ditendang adalah Hidayat. Ia begitu terkejut ketika dirinya dibebastugaskan dari urusan kantor. Tapi untung ia memiliki isitri yang baik sehingga tidak begitu frustasi. Untuk mengisi waktu senggang karena dibebastugaskan, Hidayat memilih mengurus peternakan ayam yang pernah ditinggalkannya. Selain itu, sekali-kali ia masih bekerja dengan memberikan nasihat kepada kontraktor yang membutuhkan pengetahuannya.
Hidayat akhirnya bekerja kembali. Tugas pertamanya ialah mengadakan perundingan dengan kontraktor dan pihak kedutaan Singapura. Dalam perjalanan tugas ia sempat berkenalan dengan seorang pramugari Garuda yang bernama Ita. Pada pertemuan itu pula,Ita jatuh cinta Hidayat. Sebagai lelaki yang telah memiliki istri, Hidayat tidak tergoda. Ia justru merasa kasihan pada Ita.
Penyidikan masih berlangsung, namun hal itu tidak membuat kegiatan kantor berhenti. Hidayat ditunjuk oleh Kahar yang merupakan tangan kanan direktur, untuk menghadapi orang-orang dari wakil perusahaan patungan Belgia, Jerman, dan Belanda. Tugasnya adalah menurunkan penawaran yang diajukan perusahaan asing itu.
Sesuai dugaan, Hidayat berhasil menurunkan penawaran perusahaan asing itu. Hal itu merupakan sebuah prestasi bagi Hidayat. Namun, pada kenyataanya angka penawaran yang telah ia turunkan justru dinaikan kembali. Ia merasa berang, sedih, karena usahanya disia-siakan. Oleh karena itulah, ia menghadap Kahar dan memprotes tindakan permainan angka itu.
Kahar yang merasa terancam berpikir untuk memecat Hidayat. Apalagi ketika itu, potretnya sedang terpampang di koran sebagai salah satu kandidat Gubernur Jawa Barat. Ia segera memanggil Kolonel Sukojo dan ia menceritakan, bahwa Hidayat tellah main politik dengan mencalonkan diri untuk diangkat menjadi Gubernur Jawa Barat tanpa seizinnya. Dengan tuduhan itu, ia meminta Hidayat dipensiunkan dini.
Hari-hari tenang dilalui Hidayat setelah berita kematian Kahar. Sebagai orang yang bekerja di bawah Kahar, ia memang mengetahui kecurangan-kecurangan dan penyelewengan yang dilakukan atasannya itu. Ia merasa lega karena Perminus telah kehilangan seorang pimpinan yang tidak jujur. Meskipun begitu, ia juga merasa kecewa, karena pria seperti Kahar dimakamkan di makam pahlawan.

Meskipun hatinya tidak iklah tentang Kahar yang dimakamkan di makam pahlawan, Ia juga sadar bahwa zaman telah berubah. Ia juga lega bahwa tindakan korupsi di Perminus berhasil di usut. Ia semakin lega ketika Ita, pramugari yang sempat hendak menyerahkan keperawanannya kepada Hidayat menjenguknya bersama sang suami. Hidayat bersyukur kala itu menolak Ita sehingga Ita dapat menikah dengan keadaan masih suci. Ia yakin bahwa hidup tegar dengan keyakinan pada kejujuran hari nuraninya merupakan senjata ampuh untuk menghadapi zaman ini.

Sinopsis Novel Azab dan Sengsara

Azab dan Sengsara

Merari Siregar

Aminudin ialah putra Baginda Diatas. Diatas ialah kepala kampung yang terkenal akan kedermawanan dan kekayaannya. Mayarakat di sekitar Sipirok sangat menyegani dan menghormati keluarga ini.
Tokoh Mariamin, memiliki ikatan dengan keluarga itu, namun ia tergolong anak miskin. Ayah Mariamin, Sutan Baringin.Alm. sebenarnya termasuk bangsawan kaya, namun karena semasa hidup ia sangat boros dan serakah, akhirnya jatuh miskin dan meninggal.
Kemiskinan keluarga itu tidaklah menghalangi Aminuddin untuk bersahabat dengan Mariamin. Mereka berdua memang sudah berteman akrab sejak kecil hingga dewasa. Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa benih cinta tumbuh di antara mereka. Mereka sepakat untuk hidup bersama, membina rumah tangga. Aminuddin berjanji hendak mempersunting Mariamin apabila ia sudah mendapat pekerjaan di Medan.
Bagi Mariamin dan Ibunya, tentu saja amat menggembirakan hati tatkala mendapat surat dari sang pujaan hati bahwa ia akan segera membawannya ke Medan.
Aminuddin telah menyampaikan kepada kedua orang tuannya tentang hubungannya dengan Mariamin. Sang Ibu tidak merasa keberatan. Hal itu karena ayah Mariamin masih kakak kandungnya sendiri. Maka jika putrannya kelak kawin dengan Mariamin, hal itu dapatlah dianggap sebagai salah satu usaha menolong keluarga miskin tersebut.
Pendapat sang Ibu berbeda dengan pendapat sang Ayah. Sebagai kepala kampung yang kaya dan disegani, ia ingin anaknya beristrikan orang yang sederajat. Menurut Baginda Diatas putranya lebih cocok kawin dengan wanita dari keluarga kaya dan terhormat. Bagi Baginda Diatas, perkawinan Aminuddin dengan Mariamin adalah suatu hal yang dapat merendahkan derajat dan martabat dirinnya. Karena itulah, ayah Aminuddin tidak setuju dan berniat menggagalkan pernikahan keduannya.
Agar tidak menyakiti hati sang istri, ayah Aminuddin mengajak sang istri pergi ke seorang dukun untuk melihat nasib putranya andaikata ia menikah dengan Mariamin. Itu adalah salah satu tipu daya Baginda Diatas untuk meluluhkan hati istrinya. Dukun itu sebelumnya telah mendapat pesan tertentu, yaitu agar memberikan ramalan yang dapat memupuskan rencana dan harapan Aminuddin. Tentu saja, mendengar ramalan buruk tentang nasib anaknya, ibu Aminuddin hanya dapat pasrah dan menerima keputusan suaminnya.
Akhirnya, orang tua Aminuddin memutuskan untuk meminang seorang gadis keluarga kaya yang bagi Baginda Diatas memiliki derajat yang sama. Aminuddin yang saat itu berada di Medan tentu tidak mengetahui apa yang telah dilakukan orang tuannya itu. Ia masih menunggu ayahnya membawa Mariamin ke Medan.
Setelah peminangan, ayah Aminuddin mengirim  sebuah pesan kepada anaknya yang isinya tentang kedatangan calon istrinya. Ia meminta agar Aminuddin dapat menjemput di stasiun. Tentu saat menerima pesan itu, Aminuddin belum mengetahui bahwa mempelai yang datang bukanlah Mariamin. Ia sangat bersuka cita dan segera mempersiapkan segala sesuatunnya. Namun, yang terjadi kemudian adalah kekecewaan. Ternyata ayahnya tidak membawa sang pujaan hati tetapi seorang gadis lain yang dijodohkan dengannya. Gadis itu bernama Siregar. Bagi Aminuddin sebagai seorang anak, ia harus patuh pada orang tua dan adat negerinnya. Aminuddin tidak dapat berbuat apa-apa, selain menerima keputusan ayahnya.
Bagi Mariamin, berita tentang perkawinan Aminuddin dengan Siregar sangatlah memukul batinnya. Ia sempat pingsan dan jatuh sakit. Setahun setelah peristiwa itu, Mariamin terpaksa menerima lamaran Kasibun. Kasibun bukanlah orang baik-baik kareba belakangan ia diketahui menceraikan istrinya demi menikahi Mariamin. Kasibun kemudian membawa Mariamin ke Medan. Penderitaan Mariamin tidak sampai di situ. Suaminya ternyata mengidap penyakit seks. Hal itu yang menyebabkan Mariamin selalu menghindar jika suaminya ingin berhubungan dengannya. Alhasil Mariamin disiksa sejadi-jadinya oleh suaminya. Suatu ketika Aminuddin secara kebetulan datang. Mariamin menerimanya dengan senang hati. Namun bagi Kasibun, kedatangan Aminuddi itu justru mengobarkan amarahnnya. Ia melapiaskan amarahnya dengan menyiksa istrinya.
Akhirnya Mariamin mengadu kepada polosi. Polisi kemudian memutuskan bahwa Kasibun harus memutuskan tali perkawinan dengan Mariamin, serta harus membayar denda. Penderitaan mariamin belumlah berakhir. Berbagai penderitaan masih menimpa wanita itu hingga ajal menjemput.