Friday, July 13, 2012

Sastra Balai Pustaka

Balai Pustaka 

(BP) bukanlah hasil ekspresi bangsa (Ind.) secara murni; sastra BP adalah sastra bertendens, punya maksud-maksud praktis ttt → mendidik bgs Ind agar menjadi Peg. Negeri yang patuh dan tidak ambisius untuk menyamai orang-orang Belanda. Keputusan Kerajaan Belanda 30 Sept 1848 kepada Gub. Jend Bld di Ind. diberi wewenang menggunakan dana £.25.000 per tahun untuk pendidikan guna memenuhi kebutuhan pegawai rendah dan juga untuk mengendalikan pendidikan yang telah dilakukan pihak swasta.


Komisi Bacaan Rakyat


Tgl 14 Sept 1908 didirikan “Komisi Bacaan Rakyat dan Pendidikan Pribumi (Comissie voor de Inlandsche School-en Volkslectuur)” yang diketuai Dr. G.A.J. Hazeu dan 6 org anggota. Tugas komisi ini: memberi pertimbangan kpd Dir. Pendidikan dalam memilih karya-karya yang baik (utk sekolah/rakyat). Sejak 22 Sept 1917 Komisi Bacaan Rakyat ini diubah menjadi sebuah badan tetap yang dinamai Balai Pustaka. Selama 6 tahun mereka telah: 
a) mencetak buku-buku bacaan utk anak-anak sekolah dan masy yang terdiri atas seri A: bacaan anak-anak, seri B: buku hiburan dan ilmu penget., seri C: utk yang sudah lanjut penget.-nya; 
b) membentuk perpus-perpus guna lebih menyebarkan bacaan-bacaan tsb. 

Munculnya sastra BP yang kebanyakan berupa roman sebenarnya terjadi karena kebetulan; ketika volkslectuur mengalami jalan buntu untuk menerbitkan buku-buku bacaan yang lebih beragam, tidak  hanya penceritaan kembali cerita-cerita lama saja. Karya terjemahan dalam BP baru mengalami masa subur pada 1920-an dan 1930-an terutama karya-karya dari bahasa Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, Rusia, Amerika, India, dan Arab.
       Tersebarnya buku-buku BP disebabkan oleh alasan politis (mengontrol jenis bacaan) sehingga dijual murah.

Tema dan Ciri Ciri Sastra Balai Pustaka

1.      pertentangan kaum muda melawan adat;
2.      kesetiaan pegawai;
3.      anti-nasionalisme;
4.      tema sejarah.
5.      bersifat kedaerahan;
6.      bersifat romantik-sentimental;
7.      bergaya bahasa Balai Pustaka;
8.      bertema sosial, jarang yang menggarap permasalahan watak, agama, atau politik.

Sastrawan Balai Pustaka


Adinegoro  (1904-1966) 

I Gusti Nyoman Panji Tisna (1908 

 Suman Hs (Hasibuan) (1904-?) 

 Merari Siregar (1896-1940) 

Hamka (1908-1981)
Aman Datuk Madjoindo (1896-1969) 


   Abdul Muis (1890-1959) 













Marah Rusli (1889-1968) 




















   









1.      Merari Siregar (1896-1940)
2.      Marah Rusli (1889-1968)
3.      Mohamad Kasim (1886-?)
4.      Nur Sutan Iskandar (1893-1975) atau “Raja Balai Pustaka”
5.      Abdul Muis (1890-1959)
6.      Tulis Sutan Sati (1898-1942)
7.      Aman Datuk Madjoindo (1896-1969)
8.      Suman Hs (Hasibuan) (1904-?)
9.      Adinegoro (nama aslinya Djamaluddin) (1904-1966)
10.  Sutan Takdir Alisjahbana (1908-?)
11.  Hamka (1908-1981)
12.  I Gusti Nyoman Panji Tisna (1908-?)
13.  Haji Said Daeng Muntu
14.  Marius Ramis Dayoh (1909-?)
15.  dll

Karya sastra BP yang dianggap bermutu antara lain: Sitti Nurbaya, Salah Asuhan, Katak Hendak Menjadi Lembu, Salah Pilih, Tenggelamnya Kapal van der Wijck, I Swasta Setahun di Bendahulu, Surapati,  dan Robert Anak Surapati.





Previous Post
Next Post

0 comments: