Sunday, October 19, 2014

Contoh Analisis dengan Pendekatan Pragmatik

Contoh Analisis dengan Pendekatan Pragmatik

Analisis Keabsurdan “Tokoh Kita-Sang Misterius”dalam Cerpen “Tegak Lurus dengan Langit” Melalui Pendekatan Pragmatik


Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan pendidikan, moral, politik, agama, ataupun tujuan yang lain. Atau pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sesuatu hal yang dibuat atau diciptakan untuk mencapai atau menyampaikan efek-efek tertentu pada penikmat karya sastra, baik berupa efek kesenangan, estetika atau efek pengajaran moral, agama atau pendidikan dan efek-efek lainnya. Pendekatan ini cenderung menilai karya sastra berdasarkan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut bagi pembacanya. Pendekatan ini menekankan strategi estetik untuk menarik dan mempengaruhi tanggapan-tanggapan pembacanya kepada masalah yang dikemukakan dalam karya sastra. Dalam praktiknya, pendekatan ini mengkaji dan memahami karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan pendidikan moral, agama maupun fungsi sosial lainnya.

Cerita yang diangkat oleh Iwan dalam cerpennya ini, merupakan kisah manusia yang terjebak dalam dilematika kehidupannya. Seseorang  yang ditinggal pergi sang ayah, yang menyebabkan banyak malapetaka selalu menimpa keluarga. Iwan memasukan unsur-unsur kehidupan sosial pada masa itu. Ketika manusia lahir dan ditinggal ayah, masyarakat akan meletakan penghargaan paling rendah pada keluarga tersebut. Atsmosfir cerita yang bersitegang juga ditampilkan sebagai pendukung kondisi sosial keluarga tokoh.
Karakter-karakter  tokoh “Tegak Lurus dengan Langit” memiliki karakter asing, misterius, penuh pertanyaan filosifis tentang  realitas kehidupan sosial atau bahkan “sakit jiwanya”. Karakter yang sebenarnya bisa kita anggap biasa saja, namun oleh Iwan digubah menjadi sosok yang penuh pemikiran rumit, ambisius, penuh kemarahan. Pemikiran-pemikiran tersebut menggambarkan sebuah keadaan yang tidak damai, penuh konflik, penuh pertentangan. Tokoh “Tegak Lurus dengan Langit” Iwan Simatupang, berhasil menggugah kita untuk berpikir kembali tentang kesadaran manusia. Kita diajak berfikir kembali bagaimana kita (sebagai individu) menempatkan dirinya dalam hubungannya dengan orang lain dan Tuhan.
            Dalam cerpen ini, Iwan memang tidak secara gamblang menunjukan hubungan kausalitas antara tidakan manusia dan Tuhan. Namun apabila kita melihat tindakan para tokoh kemudian menghubungkannya dengan norma sosial dalam masyarakat, jelaslah bahwa tindakan tersebut salah (sesuai norma dan hukum agama). Karakter dalam cerpen “Tegak Lurus dengan Langit” adalah aku “sang misterius” yang berada pada sisi gelap. Dengan mengetahui sisi gelap sang tokoh, kita diminta untuk mendekomposisi misteri kehidupan tokoh, kemudian mengkomposisikan dengan kehidupan sosial yang sebenarnya. Bukankah denggan begitu kita akan tahu bahwa yang dilakukan sang tokoh itu benar atau tidak?
            Sesuai dengan misterinya sang tokoh, begitu pula misteri kehidupan manusia. Ada yang akan memandang perbuatan sang tokoh sebagai tindakan yang bodoh. Namun, ada pula justru melakukannya. Apabila kita bertanya, “apakah alasannya?”. Misterilah jawabannya. Sama seperti ketika sang Tokoh membunuh “seseorang” yang adalah ayah dan bukan ayahnya. Kita tidak bisa memberi penghakiman kepada sang tokoh dengan kata benar dan tidak. Tokoh memiliki alasan sendiri, atau bahkan karena ia “sakit”?
            Dalam cerpennya, Iwan banyak menggunakan misteri sebagai pengikat pembaca. Bahkan pada cerpenya ini, diawali dengan denoument adegan sang tokoh membunuh seseorang. Dengan menampilkan akhir cerita di awal Ia menyuguhkan cerita yang harus digali lagi oleh pembaca. Membaca cerpen ini seolah-olah kita sedang bermain teka-teki.
            Salah satu amanat yang dapat diambil dalam cerpen ini adalah kedengkian, benci, pemikiran negatif, hanya akan mengantarkan diri masuk ke lubang malapetaka yang lebih dalam. 


Latar yang digunakan : puncak bukit, rumah
Tokoh : Tokoh kita, kedua Abang, Ibu, Sahabat Ayah/teman main brigde dan halma, Ayah, petugas sensus, Calon istri tokoh kita, orang tua calon istri tokoh kita.

Alur cerita : campuran.



Previous Post
Next Post

0 comments: