Sunday, October 19, 2014

Bahasa Formal dan Bahasa Sastra

Bahasa Formal dan Bahasa Sastra


Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia(Gorys Keraf, 1989 :1).  Fungsi bahasa yang menurut Gorys Keraf (1989 : 3-6) adalah: 1) alat untuk menyatakan ekspresi diri, 2) sebagai alat komunikasi, 3) alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, 4) alat untuk mengadakan kontrol sosial.
Dalam tataran masyarakat, bahasa berkembang dan menumbuhkan berbagai macam varian. Berdasarkan pemakai bahasa dibedakan atas: dialek regional, dialek sosial, dialek temporal, dan idiolek. Menurut pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan menjadi: ragam undang-undang, ragam jurnalistik, ragam ilmiah, ragam jabatan, dan ragam sastra. Untuk mengatasi kebingungan dan ketidakpastian karena banyaknya varian bahasa, para bahasawan menggunakan salah satu varian bahasa sebagai bahasa standar atau bahasa baku. (Kridalaksana, 2007:3) Ragam bahasa baku atau standart language dalam bahasa Inggris, sering kita kenal dengan sebutan ragam bahasa formal.
Mengapa ragam standar atau baku? Karena ragam standar bahasa standar atau baku  memiliki sifat kemantapan yang dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat. Selanjutnya, bahasa baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah yang jelas; (Hasan Alwi, dkk; 2010:14). Walaupun dalam kenyataannya bahasa standar tidak dapat dipakai untuk segala keperluan. Penggunaan  bahasa standar atau bahasa baku biasannya untuk: komunikasi resmi/formal, wacana teknis, pembicaraan di depan umum, pembicaraan dengan orang yang dihormati. (Kridalaksana, 2007:3)
Formal berarti sesuai dengan peraturan yang sah; menurut adat kebiasaan yang berlaku; resmi (KBBI). Bahasa formal dipakai ketika dalam situasi formal seperti upacara pelantikan, pidato presiden, rapat, pembacaan UUD, berdialog, ceramah, dan sebagainya dalam konteks resmi dan melibatkan banyak orang. Tujuan dari penggunaan bahasa formal selain sebagai alat komunikasi juga sebagai integrasi dengan situasi formal serta kontrol sosial.
Bahasa formal atau baku atau standar juga sering digunakan dalam ragam tulis. Salah satu karya tulis yang menggunakan ragam baku adalah karya tulis ilmiah. Karya ilmiah ditulis dengan kalimat yang efektif supaya mudah dipahami oleh pembacanya. Untuk menulis sebuah karya ilmiah, penulis juga harus mematuhi struktur sajian karya ilmiah yang sangat ketat. Biasanya terdiri dari awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Penulis juga harus menyampaikan gagasannya secara objektif.
Dalam kehidupan masayarakat, sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu: 1) Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya. 2) Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya. 3) Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya. 4) Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi. 5) Fungsi religius, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.
Bahasa sastra memiliki berbagai karakteristik, diantaranya: 1) unsur emotif lebih dominan, 2) unsur subjektif lebih dominan, 3) lebih menunjuk pada makna konotatif, 4) mengutamakan unsur kebaruan, keaslian, dan kreativitas, 5) terdapat unsur deotomatisasi; lain dari pada yang lazim, 6) fungsu foregrounding, aktualisasi, pengedepanan.
Sesuai fungsi dan cirinya, bahasa memiliki tingkat estetik yang menonjol. Bahasa Sastra adalah bahasa bergaya. Ciri bahasa sastra dapat dilihat dari gaya bahasanya, yaitu penggunaan bahasa secara khusus yang menimbulkan efek tertentu, efek estetis. Dalam penggunaannya, bahasa sastra banyak mengandung unsur emotif pengarang. Hal itu digunakan sebagai sarana penyampaian maksud karya sastra.
Bertolak dari kecenderungan dan karakteristiknya, bahasa formal dan bahasa sastra memiliki peta nilai fungsi dan estetik yang berbeda. Oleh Wellek, sastra dikatakan bersifat tertulis (menggunakan bahasa: tulis, lisan), mahakarya, imaginative atau konotatif, menggunakan bahasa yang khas. Bahasa Sastra dibanding dengan bahasa ilmiah, bahasa sehari-hari, dan bahasa jurnalistik, memiliki kekhususan, yaitu afektif- emosional (menonjolkan unsur perasaan), estetis, ambigu, konotatif, simbolis, dan memiliki daya kejut. Oleh sebab itu bahasa sastra dikatakan sebagai bahasa bergaya.
Karya tulis yang menggunakan bahasa sastra diantaranya: novel, naskah drama, puisi, dan lain sebagainya. Namun, seiring perkembangan zaman. Bahasa sastra juga sering dipakai dalam dialog-dialog film. Film yang banyak menggunakan bahasa sastra sebagai medium penyampaian emotif, contohnya saja adalah film-film karya Makoto Shinkai (The Garden of Words, 5 Centimeter per Second, The Place Promised in Our Early Day, dan lain sebagainya.). Dalam setiap film yang dibuatnya ia selalu memasukan dialok yang berasal dari kutipan sastra sehingga menimbulkan efek dialog yang indah.
Dapatkah bahasa formal dan sastra disatukan? Untuk lebih jelas mengenai letak perbedaan bahasa formal dan bahasa sastra, simaklah sajak Chairil Anwar dibawah ini:

Kalau sampai waktuku
Kutahu tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu!
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang-menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri.
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Sajak itu ditulis Chairil pada usia 20 tahun. Sajak ini merupakan luapan emosi, semacam kesimpulan yang menerima proses perubahan dan tersingkirkan pada zamannya. Vitalitas yang menonjol dalam puisi di atas terungkap dalam kata “Aku” yang mendambakan sesuatu. Pilihan kata yang dipakai oleh Chairil diatas sangatlah estetis. Bisa dibilang merupakan pilihan kalimat terbaik untuk mengungkapkan unsur emotif pengarang. Tidak mudah mengubah sajak diatas menjadi bahasa formal tanpa mengubah atau mengurangi maksud sang pengarang. Perhatikanlah gubahan bahasa sastra puisi “Semangat” menjadi bahasa formal!

Kalau sampai waktu saya (wafat)
Saya tahu, tidak akan ada satu orangpun yang membujuk
Tidak juga kamu
Tidak perlu bersedih seperti itu
Saya sangat arogan (sifat binatang jalang)
Dari kelompok yang tersingkirkan
Walau kulitku tertembus peluru
Saya tetap marah dan melawan
Luka dan bisa saya bawa berlari
Berlari
Sampai  rasa pedih dan peri menghilang.
Dan saya akan lebih tidak peduli
Saya ingin hidup lebih lama lagi-lama sekali

 Ketika bahasa formal atau bahasa baku digunakan dalam karya sastra, maka unsur estetik dari karya sastra tersebut akan berkurang atau bahkan hilang. Mengapa demikian? Bahasa sastra mengedepankan kepada penggunaan still atau unsur terbaik dari sistem bahasa yang dapat digunakan. Kalimat dalam bahasa sastra merupakan kalimat yang sangat jarang dipakai dan tidak terpikirkan. Karena unsur kebaruan dan keasingannya itulah, bahasa sastra menjadi menarik untuk dibaca ataupun diucapkan. Berbeda hal nya dengan bahasa formal yang biasa dipakai.
            Baik bahasa formal ataupun bahasa sastra memilik fungsinnya masing-masing. Sama halnya ketika kita menerapkan bahasa sastra menjadi bahasa formal, kita juga tidak bisa seenaknya menggunakan bahasa sastra kedalam bahasa formal tanpa konteks yang jelas.

Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anwar, Chairil. 2010. Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. Fungsi dan Ragam Sastra Bahasa Indonesia.    
          http://ithasartika91.blogspot.com/2011/02/fungsi-dan-ragam-sastra-indonesia.html diakses 15
          Maret 2014.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia  
          Pustaka Utama.
Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2010. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
           Pustaka Utama.
Wellek & Austin Warren. 1977. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
           (Terj. 1989).



Sinopsis Buku Sastra dan Ilmu Sastra

Sinopsis Buku Sastra dan Ilmu Sastra

Judul Buku          : Sastra dan Ilmu Sastra
Penulis                 : A. Teeuw
Penerbit              : Pustaka Jaya
Tahun Terbit      : 1984


Ilmu sastra memiliki obyek penelitian yang tidak tentu, malahan tidak keruan. Sampai sekarang belum ada seorang pun yang berhasil memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan pertama dan paling hakiki, yang mau tak mau harus diajukan oleh ilmu sastra: apakah sastra? Pandangan bahwa sastra adalah bahasa yang khas sudah luas tersebar; khususnya puisi dianggap menunjukan pemakaian bahasa yang spesial, yang hanya diimanfaatkan oleh penyair.
Karya sastra adalah context- dependent speech event, peristiwa ujaran yang tergantung pada konteks: sebelum kita berhasil membaca sebuah karya sastra kita harus telah disiapkan secara mental, harus tahu lewat berbagai petunjuk konvesi sosial, bahwa kita menhadapi karya dalam kategori pemakaian bahasa yang khas.
Tujuan awal dan akhir ilmu sastra,  jelaslah  yang menentukan ciri khasnya  adalah ketegangan antara invention dan convention, antara sistem konvensi yang mengikatnya dan sekaligus yang diatasinya. Peneliti sastra yang tidak memperhatikan ketegangan itu tidak mungkin memahami karya sastra secara tepat.
Nilai karya sastra adalah sesuatu yang variabel. menurut peranan dan faktor-faktor dari model semiotik dalam situasi konkrit. Itulah alasan terakhir dan paling mustahak mengapa ahli sastra harus selalu sadar akan model semiotik karya sastra sebagai dasar penelitiannya.
Dalam ilmu sastra di seluruh dunia dapat diperhatikan minat yang makin meningkat untuk masalah sejarah sastra. Sejarah sastra yang agak terabai bertahun tahun belakangan sekarang ditemukan kembali sebagai cabang ilmu sastra yang memikat.  Di Indonesia tradisi penulisan sejarah sastra masih kurang. Tetapi keterbelakangan ini berangsur-angsur akan dapat diatasi asal dimanfaatkan pengertian dan pengetahuan teori yang faktual yang sekarang telah tersedia.
              
Komentar:
Buku ini dapat membantu pembaca untuk memahami apakah masalah-masalah yang ditimbulkan karya sastra sebai gejala komunikasim khas dan istimewa, serta oendekatan ilmiah mana yang mungkin dipilih dalam penelaahan gejala sastra dalam ciri kesusatraanya.
Selain itu setelah pembaca membaca bab yang begitu rumit masih disediakan juga kesimpulan sebagai bahan pembanding materi yang telah kita pahami.






               

Sinopsis Buku Mozaik Sastra Indonesia

Sinopsis Buku Mozaik Sastra Indonesia

Judul Buku          : Mozaik Sastra Indonesia
Penulis                 : Arief Budiman, dkk
Penerbit               : Penerbit Nuansa
Tahun Terbit       : 2005

Mozaik Sastra Indonesia ini, merupakan kumpulan tulisan yang pernah dimuat di berbagai media massa, ditulis oleh berbagai pakar dari perguruan tinggi, sastrawan dan para pemerhati sastra antargenerasi. Mozaik Sastra Indonesia, merupakan tempelan-tempelan yang memiliki nilai estetika dan pemahaman sastra.
Antologi ini diklasifikasikan menjadi 6 topik (1) Sastra dan Konteks, (2) Sastra dan Imaginasi, (3) Sastra dan Pluralisme, (4) Mozaik Sastra Indonesia, (5) Sastra Saiber, dan (6) Sastra dan Kreativitas Pengarang.
Sastra dan Konteks, berusaha mengaitkan sastra yang tidak pernah lepas dari konteks, baik politik,sosial, atau ideologi. Sastra akan selalu menyampaikan realitas. Pembacalah yang akan memaknai konteks itu.
Sastra dan Pluralisme, menyoroti penciptaan sastra yang terkait oleh variabel lain yang dapat membesarkannya.
Sastra Saiber, merupakan bagian penting dalam mengkomunikasikan sastra dalam dunia maya. Pada saat informasi berjalan cepat, orang tak cukup membaca koran yang tidak tentu kapan kedatangannya. Namun dengan internet, selain mencari informasi orang dapat menikmati suguhan karya sastra.
Sastra dan kreativitas, menghadirkan proses kreatif pengarang dalam memproduksi karya sastra. Persoalan kualitas disebabkan nilai-nilai dan estetika yang dibangun dalam karya sastra itu sendiri.

Komentar:
Kumpulan ini baik untuk dibaca siapa saja yang ingin menghargai atau mengapresiasi karya dan budaya bangsa Indonesia. Sastra bukanlah mengenai persoalan tua-muda, sastra yang kreatif dapat lahir dari kenyataan sehari-hari atau bahkan mungin hanya yang ada di dalam benak pengarang saja, namun ia menawarkan sebuah nilai.


                 

Sinopsis Buku Prinsip-Prinsip Kritik Sastra

Sinopsis Buku Prinsip-Prinsip Kritik Sastra

Judul Buku          : Prinsip-Prinsip Kritik Sastra
Penulis                 : Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo
Penerbit              : Gajah Mada University Press
Tahun Terbit      : 2007


Menurut sejarahnya istilah “kritik” berasal dari bahasa yunani krites yang berarti menghakimi. Karya sastra sebagai karya seni perlu mendapat pertimbangan dalam hal mutu seninnya, bermutu atau tidaknya sebagai karya seni. Kepentingan kritik sastra bagi masyarakat pada umumnya untuk penerangan. Segi-segi yang masih gelap hingga menyukarkan pemahaman karya dapat dijelaskan oleh kritik sastra yang baik. Dengan demikian kemampuan pemahaman masyarakat terhadap karya sastra dapat dipertinggi, hingga dengan demikian kegunaan karya sastra dapat diambil sebanyak banyaknya oleh masyarakat.
 Seorang kritikus adalah hakim, maka untuk menjadi hakim , seorang kritikus hendaknya adil. Ia akan adil bila selalu berpegang pada kejujuran, kebenaran, dan tak terpengaruh sentimennya. Kritikus yang benar haruslah berhati hati dalam berfikir dan harus berwawasan lua, tajam penglihatannya, cepat menangkap esensi .
Untuk dapat menilai karya sastra haruslah diketahui norma-norma karya sastra.  Sehingga untuk dapat memberi penilaian setepatnya, mestilah dilihat susunan norma-norma karya sastra karena sebuah karya sastra merupakan suatu sistem norma. Srbab itu, untuk memberi penilaian karya sastra tak dapatlah ditinggalkan pekerjaan menganalisis atau menguraikan karya sastra itu ke dalam unsur-unsurnnya atau sistem normannya.
               

Komentar:

Kritik sastra sangat berguna pula bagi para sastrawan, lebih-lebih sastrawan yang baru mulai mengembangkan bakatnya. Mereka dapat belajar dari kritik sastra yang baik, yang dapat menunjukan kelebihan dan kekurangan karya sastra yang dikritiknya secara objektif.


Buku ini juga menyajikan karya sastra beserta kritikan terhadap karya sastra tersebut. Sehingga kita dapat belajar sekaligus memamantau  juga membenarkan atau menyalahkan hasil kritikan tersebut sesuai dengan pemikiran kita.

Sinopsis Buku Ikhtisar Kesusastraan Indonesia

Sinopsis Buku Ikhtisar Kesusastraan Indonesia

Judul Buku          : Ikhtisar Kesusastraan Indonesia
Penulis                 : Drs. Nursisto
Penerbit              : Adicita
Tahun Terbit      : 2000

Kata “kesusastraan” berasal dari kata “susastra” yang memperoleh  konfiks “ke-an”. Dalam hal ini, konfiks “ke-an” mengandung makna tentang suatu hal. Kata “susastra” terdiri atas kata dasar “sastra” yang berarti tulisan yang mendapat awalan kehormatan “su” yang berarti baik atau indah. Dengan demikian, secara etimologi kata “ke-susastraan” berarti pembicaraan tentang berbagai tulisan yang indah bentuknya dan mulia isinya
Keindahan bentuk kesusastraan yang kemudian lazim disebut karya sastra. Penampilan fisik karya sastra berupa puisi, prosa, lirik prossa, drama, maupun bentuk karya sastra yang lain, baik yang tergolong ke dalam kesusastraa lama, masa peralihan, sampai kesusastraan modern, bahkan kesusastraan kontemporer pada masa mutakhir.
Sejalan dengan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia di bidang sastra, kita mengenal kesusastraan Indonesia lama, kesusastraan Indonesia masa peralihan, dan kesusastraan Indonesia modern. Kesusastraan lama mencerminkan kehidupan masyarakat lama, sedang kesusastraan Indonesia modern mencerminkan kehidupan masyarakat modern.
Dalam perkembangannya kesusastraan Indonesia telah melewati fase-fase kehidupan kesusastraan masa klasik dan masa peralihan. Kesusastraan Indonesia juga diwarnai oleh kondisi kesusastraan Indonesia masa purba, hindu, dan pengaruh islam, sedangkan pada masa kesusastraan Indonesia modern , perkembangan yang terjadi secara kronologis adalah masa balai pustaka, pujangga batu, angkatan 45, angkatan 66, dan angkatan kontemporer.

Komentar:
                Buku ini berisi informasi yang cukup lengkap mengenai kesusastaan indonesia, dalam buku ini juga diketengahkan judul atau isi ringkas sebuah karya sastra yang ditulis oleh pengarangnya. Dengan menyebut judul dan memberikan keterangan tentang hasil karya pengarang, juga memberikan ulasan terhadap sebuah karya sastra menjadikan buku ini lebih mudah dipahami.

Sinopsis Buku Pengantar Sejarah Sastra Indonesia

Sinopsis Buku Pengantar Sejarah Sastra Indonesia

Judul Buku          : Pengantar Sejarah Sastra Indonesia
Penulis                 : Yudiono K.S.   
Penerbit               : Grasindo
Tahun Terbit        : 2007

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sejarah sastra merupankan cabang ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa. Dengan pengertian dasar itu tampaklah bahwa objek sejarah sastra adalah segala peristiwa yang terjadi padad rentang masa pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Masa Pertumbuhan dan perkembangan sastra Indonesia yang relatif sudah panjang terhitung dari 1900 sampai 2012 dapat dibagi menjadi beberapa masa atau periode berdasarkan konsep pendekatan sosio-historis diperoleh:
Pertumbuhan sastra masyarakat Indonesia terhadap  telah tampak sejak masa pertumbuhan sastra di tahun 1900-1945, mulai dari sekolah pers, balai pustaka, pujangga baru, Keimin Bunka Shidosho (Kantor Pusat Kebudayaan).
Masa Pergolakan (1945) adalah masa yang terjadi setelah proklamasi kemerdekaan. Pergolakan terjadi hampir di semua bidang, bidang politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Tidak dapat dipungkiri sastra sebagai bagian dari kebudayaan juga mengalami masa pergolakan karena berdirinya negara baru, negara Indonesia.
Masa Pemapanan sastra Indonesia tahun 1965-1998. Setelah penumpasan PKI, pada bulan Julli 1966 mulalilah kegitan budaya berupa penerbitan majalah horison dibawah pimpinan Mochtar Lubis. Majalah tersebut menngajak masyarakat meninggalkan ruang sempit menuju kehidupan yang lebih segar. Majalah horison mengutamakan sastra (cerpen,sajak,kritik, dan esai sebagai pendorong kreativitas pemikiran bangsa.
Masa Pembebasan Sastra Indonesia Tahun 1988- diawali dengan krisis multidimensi. Krisis dimulai dengan gejolak keuangan yang memburuk pada tahun 1966

Komentar:
Buku ini berisi sejarah sastra Indonesia yang cukup lengkap dan menarik.  Periode, penulis, penerbit, beserta karya yang menjadi tonggak sejarah sastra juga dimunculkan. Misal Surat Kepercayaan Gelanggan pada masa pergolakan, Majalah horison pada masa pembebasan, dan sejarah lain yang tidak tertulis, misal saat Chairil Anwar membacakan sajaknya yang berjudul “AKU” dihadapan Rosihan Anwar pada diskusi Kantor Pusat kebudayaan. Selain itu pada buku ini juga terdapat informasi mengenai bacaan bacaan terpilih sebagai ilustrasi,pengingat, atau penyegar bagi pembaca.

Sinopsis Buku Sejarah Sastra Indonesia Kontemporer

Sinopsis Buku Sejarah Sastra Indonesia Kontemporer

Judul Buku          : Sejarah Sastra Indonesia Kontemporer
Penulis                 : Antilan Purba 
Penerbit              : Graha Ilmu
Tahun Terbit      : 2010


Sastra Indonesia Kontemporer di dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai contemporery Indonesian literature. Artinya sebagai sastra yang hidup di Indonesia pada masa mutakhir atau sastra yang hidup di Indonesia pada zaman yang sama.
Pembatasan sastra kontemporer hanya terjadi di Indonesia yang muncul sekitar berakhirnya PD II. Angkatan 45 dianggap sebagai embrio sastra kontemporer. Alasannya adalah lahirnya proklamasi dan penggunaan bahasa Indonesia serta nasionalisme.
Tokoh-tokoh sastra kontemporer adalah Chairil Anwar (’45), Toto Sudarto Bachtiar (’50), Sitor Situmonang(“60),  Taufik Ismail (66), Gunawan Mohammad  (Pasca ’66). Soebagio Sastrowardjojo dan Sutardji Calzoum Bachri (’70). Budi Darma.
Puisi Indonesia Kontemporer adalah puisi Indonesia yang lahir di dalam waktu tertentu yang berbentuk dan bergaya tidak mengikuti kaidah puisi lama pada umumnya . Beberapa penulid yang dianggap sebagai bapak cerita pendek Indonesia, seperti Muhamad Kasim, Suman Hs, Armijn Pane, dan Idrus, dari keempat mereka, Muhamad Kasim dan Suman Hs- lah sebagai bapak pertama cerpenis Indonesia
Cerita Pendek Indonesia Kontemporer bermula pada 1930-an.  Dalam sastra Indonesia mpdern, cerita pendek kontemporer mulai berkembang pada 1970-an. Konsep Cerita Pendek Indonesia Kontemporer dapat dikaitka sebagai protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi dan juga protes terhadap pengaruh negatif perkembangan IPTEK (krisis EKSOSBUD, politik, anarkisme dsb).
Selain membahas sejarah sastra Indonesia kontemporer, puisi Indonesia kontemporer, cerpen Indonesia  kontemporer, buku ini juga membahas novel, dan karya-karya sastra Indonesia kontemporer beserta tokoh-tokoh/ sastrawan sastrawan sejarah sastra Indonesia beserta karyanya.

Komentar :
Dengan buku ini kita dapat mempelajari sastra Indonesia Kontemporer ini kita bisa mengenal apa itu sastra kontemporer, siapakah tokoh-tokoh/sastrawan Indonesia pada masa itu, karya karya nya, bagaimana sejarah sastra Indonesia pada waktu itu, juga dampak bagi perkembangan sastra Indonesia saat ini.








                 

Kritik dengan Sosiologi Sastra

Kritik dengan Sosiologi Sastra

BULAN HERMENEUTIK

NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU (RTDW)

TERE-LIYE

1.      LINGKARAN HERMENEUTIK

Entah apa yang menjadi dasar pemikiran Tere Liye ketika membuat judul Rembulan Tenggelam di Wajahmu karena sama seperti bentuk bulan yang melingkar, cerita yang dibangun oleh Tere Liye juga berputar-putar. Setiap fakta atau gagasan individu tokoh akan mempunyai arti hanya jika ditempatkan dalam keseluruhan potongan peristiwa yang disediakan. Sebaliknya, keseluruhan cerita menjadi sangat menarik untuk dipahami dengan bagian bagian parsial yang ditambahkan dalam bangunan cerita.
Karena keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa bagian dan bagian tidak dapat dimengerti tanpa keseluruhan. Kebijaksanaan pengarang terlihat melalui cerita yang berputar. Ketika kejadian satu berkaitan erat dengan kejadian yang lain membentuk suatu amanat baru. Sang penulis berusaha mengajarkan kebijaksanaan dunia dalam jalan kehidupan dan takdir tokoh Rey yang disampaikan kepada pembaca oleh tokoh lelaki berwajah menyenangkan.
Di dalam novel ini, pengarang memberikan cerita mengenai hidup Rey dan permasalahan sosial yang dihadapinya. Penulis membingkai setiap kasusnya kedalam siklus yang berputar. Setiap permasalahan pasti ada solusinya begitulah yang ingin disampaikan penulis. Ia menyampaikan solusinya pada potongan-potongan di akhir cerita dan potongan tersebut mampu membuat pembaca lebih memahami jalan cerita.
Dalam dunia nyata, manusia sering melihat suatu permasalahan hanya dari sudut pandang subjektif dan sempit sehingga ia kurang mampu mengetahui kebijaksanaan yang terdapat di dalamnya. Sering kita melihat berita di media massa mengenai suatu problem sosial misalnya pencurian, pembunuhan, perjudian, kekerasan dalam rumah tangga, tawuran, penipuan, perampokan, dsb. Tindakan apa yang kita lakukan setelah mengetahui hal tersebut? Prihatin? Mengutuk Pelaku? Diam saja?
Pernahkah anda membaca berita tentang nenek pencuri singkong? Berita ini sempat menjadi trendingtopik dikalangan pengguna dunia maya. Bukan karena pelakunya adalah nenek-nenek atau karena barang yang dicurinya adalah sebuah singkong, namun karena keputusan hakim yang sangat bijaksana. Hakim tersebut mampu melihat persoalan sebenarnya, alasan kenapa sang nenek sampai melakukan hal itu. Nenek tersebut mencuri singkong demi memberi makan cucu-cucunya. Keputusan yang dibuat hakim pun bijaksana. Ia mendenda nenek tersebut sebesar 1 juta atau penjara 2,5 tahun. Namun setelah mengetok palu ia melepas topi toganya dan memasukan uang sebesar 1 juta. Kemudian ia juga mendenda setiap orang yang hadir di persidangan sebesar 50 ribu karena hidup dan tinggal di kota ini namun masih membiarkan seorang nenek kelaparan. Uang terkumpul 3,5 juta termasuk uang 50 ribu dari manager PT yang telah menuntutnya.
Apa alasannya nenek itu mencuri? Apa yang akan terjadi apabila ia dipenjara? Bagaimana nasib cucu-cucunya? Setiap peristiwa selalu berhubungan satu dengan yang lainnya.
Apabila kita bandingkan permasalahan sosial yang terdapat dalam novel RTDW misalnya kasus pencurian yang dilakukan tokoh Rey dengan kasus diatas, maka persamaanya yaitu karena kemiskinan. Ya, kemiskinan merupakan salah satu masalah klasik yang dihadapi negeri ini. Benarkah hanya kemiskinan? Beribu alasan yang melandasi kasus pencurian di dunia nyata. Ada pula yang sudah menjadikan pencurian sebagai pekerjaanya. Disinilah pentingnya kebijaksanaan menyikapi sebuah tragedi.
Masih banyak cerminan masalah sosial masyarakat kita dengan yang permasalahan sosial novel RTDW ini. Hal terpenting yang harus diperhatikan pembaca adalah setiap kasus itu berantai atau selalu berhubungan dengan hal lain yang belum diketahuinya. Tindakan yang dilakukan A terhadap B membawa pengaruh terhadap kehidupan B entah baik/buruk. Kelebihan pengarang dalam menghadapi reaksi berantai ini adalah pengarang mampu memutuskan titik ketika suatu perbuatan yang dinilai buruk ternyata berguna bagi orang lain. Seperti singkong yang dicuri sang nenek untuk cucu-cucunya. Diharapkan pembaca setelah membaca novel ini mampu meyikapi setiap perbuatan yang akan dilakukan, sedang dilakukan, dilakukan orang disekitarnya, dan yang sudah dilakukannya.






Puisi Ala D.Y

Roman dan Misi

Memahami dunia
Sejak permintaan akan penjelasan
 satu dalam kata kunci
Yang lain dalam  rasa
Tujuan misi yang lemah
Langit biru dan bayangan diri
Roman abadi dan debu di bumi
yang ku minta lain dari dunia
permainan indah sejak rumput tumbuh
satu debu terhempas
kunci lain dalam ketakutan
rasa sayap jiwa dan perjuangan
pemenang dari yang tak terjelaskan
peraturan dan dunia
bayangan diri dan orang lain
senja manis yang kabur
perasaan lemah dan tujuan bebas
 roman dan misi

oleh:D.Y

Contoh Analisis dengan Pendekatan Pragmatik

Contoh Analisis dengan Pendekatan Pragmatik

Analisis Keabsurdan “Tokoh Kita-Sang Misterius”dalam Cerpen “Tegak Lurus dengan Langit” Melalui Pendekatan Pragmatik


Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan pendidikan, moral, politik, agama, ataupun tujuan yang lain. Atau pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sesuatu hal yang dibuat atau diciptakan untuk mencapai atau menyampaikan efek-efek tertentu pada penikmat karya sastra, baik berupa efek kesenangan, estetika atau efek pengajaran moral, agama atau pendidikan dan efek-efek lainnya. Pendekatan ini cenderung menilai karya sastra berdasarkan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut bagi pembacanya. Pendekatan ini menekankan strategi estetik untuk menarik dan mempengaruhi tanggapan-tanggapan pembacanya kepada masalah yang dikemukakan dalam karya sastra. Dalam praktiknya, pendekatan ini mengkaji dan memahami karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan pendidikan moral, agama maupun fungsi sosial lainnya.

Sinopsis Novel Atheis

Sinopsis Novel Atheis

Judul               : Atheis
Penulis             : Achdiat K. Miharja
Penerbit           : Balai Pustaka
Thn Terbit       : 1989



Hasan yang lahir dari sebuah keluarga yang sangat taat kepada agamanya yaitu Islam. Sejak kecil Hasan dididik dengan cara Islam, Ayahnya Raden Wiradikarta menginginkan Hasan menjadi anak yang baik,sopan,berilmu dan berakhlak sholeh.Oleh karena itu,walaupun Hasan masih kecil tapi,dia sudah menunjukkan pribadi Islam yang taat.Hasan selalu patuh kepada semua peraturan kedua orang tuanya.
Suatu ketika, Hasan bertemu sahabat lamanya bernama Rusli. Dalam waktu yang bersamaan, Rusli mengenalkan seorang perempuan bernama Kartini yang bersamanya pada waktu itu kepada Hasan. Kehadiran Kartini mengubah seluruh hidup Hasan, ia berusaha menyesuaikan diri dengan pergaulan Kartini dan paham yang diyakininyaHasan mengalami berbagai konflik yang menyebabkan pertentangan hebat didalam batinnya. Masalah meruncing ketika muncul Anwar, seorang seniman dan sekaligus teman Rusli, Anwar dikenalkan Rusli kepada Hasan dan Kartini ketika mereka berada disebuah Restoran. Sejak saat itu Hasan telah mengetahui bahwa Anwar menaruh hati kepada Kartini. Mengetahui keadaan seperti itu, akhirnya Hasan menikahi Kartini yang sudah menjadi cita-citanya dari sejak ia mengenalnya.Awalnya Hasan ingin menuntun istrinya itu menjadi seorang muslimah dengan satu keyakinan dalam rumah tangga yang baru saja ia masuki.
Kebahagiaan Hasan dengan Kartini tidak berlangsung lama. Menurut Hasan Anwar-lah penyebab putusnya hubungan dengan sang ayah. orang tua Hasan yang memang dari semula tidak pernah menyetujui pernikahan mereka karena Kartini seorang Atheis. Anwar pula yang kerap menggelitiki kecemburuannya. Oleh karena itu ia selalu mencuriagai Anwar
Rumah tangga yang semula diselimuti kabahagiaan harus berakhir dengan perceraian, Hasan pun menceraikan Kartini karena dia beranggapan bahwa Kartini telah berselingkuh dengan Anwar, dia selalu pergi dengan Anwar ketika meninggalkan rumah. Begitulah pemikiran Hasan yang pada saat itu keadaannya yang sedang sakit TBC, dia sangat sedih dan menyesal karena dia sudah melukai hati kedua orang tuannya dengan menjadi AtheisHasan sangat menyesal dengan apa yang telah dipilih dalam hidupnya, dengan penyakit TBC yang dideritanya.
Hidupnya berakhir pada peluru yang ditujukkan kepadanya ketika dia berjalan sempoyongan di jalan oleh tentara Jepang yang pada waktu itu sedang mambabi buta di jalanan sekitar perumahannya. Hasan pun tersungkur bermandikan darah dengan melepas kata “ALLAHU AKBAR “ tak bergerak lagi.



Sinopsis Novel AKI

Sinopsis Novel AKI

Judul               : AKI
Penulis             : Idrus
Penerbit           : Balai Pustaka
Thn Terbit       : 1949

Ada sebuah keluarga kecil. Suami bernama Aki dan didampingi oleh istrinya yang bernama Sulasmi. Dari dulu Aki adalah seorang laki-laki yang berhati baik, suka menolong, membantu tanpa pamrih, dan mendermakan sebagian hartanya. Tetangga dan teman-teman banyak yang senang padanya. Sangat jarang ditemukan orang yang sebaik Aki.
Sayangnya, Aki tidak pernah sholat dan puasa. Mungkin karena dia melihat bahwa banyak orang yang sholat dan puasa, tapi mereka tetap menipu, korupsi, dan berbuat jahat. Ini yang jadi pertanyaan Aki yang belum terjawab.
Kebahagiaan suami istri ini terusik, karena Aki sudah lama menderita penyakit yang parah yaitu TBC. Oleh karenanya, badan Aki kelihatan renta dan tidak sehat. Walaupun usianya baru 29 tahun, tapi kelihatan lebih tua seperti berusia 42 tahun.
Setelah sekian lama tak kunjung sembuh, Aki lalu meramalkan  bahwa dia akan meninggal tahun depan yaitu pada tanggal 16 Agustus. Akhirnya tanggal 16 sudah datang. Yaitu waktu yang telah ditentukan bahwa Aki akan meninggal, ia memakai baju-baju yang paling bagus untuk menanti kedatangan maut. Sekitar seperempat jam, ia naik ketempat tidur. Lalu Sulasmi memanggil-manggil Aki, tetapi tidak dijawabnya karena dia sedang tidur. Istrinya menduga bahwa Aki telah benar-benar mati, maka ia menangis dan memanggil tetangga serta kawan-kawannya yang menunggu diluar.
Karena suasana yang ribut itu Aki lalu terbangun, dia segera mengambil korek api dan menyulut rokok dan lisongnya. Tetangga dan teman-teman tadi menjadi terkejut melihat Aki yang tidak jadi  mati. Setelah memastikan kenyataan,  mereka lalu pulang. Tinggallah Aki dengan istrinya. Malah Aki gembira dan berkata bahwa ia tidak jadi mati. Berdasar peristiwa itu, dia justru mengatakan ingin hidup sampai berumur 60 tahun. Seiring berjalannya waktu, keadaan Aki menjadi sebaliknya. Tiap hari badannya bertambah sehat dan kelihatan seperti berumur 30 tahun, padahal sebenarnya berumur 40 tahun.
Ia merasa bahwa kematiannya akan berarti kerugian besar bagi dunia, maka selama hidup kesempatan harus dipergunakan sepenuhnya dalam arti yang baik. Kemudian Aki masuk fakultas hukum. Sekarang Aki bisa menjawab pertanyaannya dulu. Bahwa sekarang ia percaya pada Tuhan, dan hanya Ttuhan yang menentukan umur dan waktu meninggalnya seseorang. Kini dia tahu bahwa berbuat baik saja tidak cukup, harus diikuti sholat, puasa, dan tauhid.






Sinopsis Novel Katak Hendak Jadi Lembu

Sinopsis Novel Katak Hendak Jadi Lembu

Judul               : Katak Hendak Jadi Lembu
Penulis             : Nur Sultan Iskandar
Penerbit           : Balai Pustaka
Thn Terbit       : 1978

Zakaria merupakan seorang haji kaya/ Ia memiliki anak tunggal bernama Suria. Sejak kecil Suria hidup cukup dan dimanja ayahnya. Dengan didikan itu, ia justru menjadi anak yang pongah dan sombong.
Haji Hasbullah merupakan teman akrab Haji Zakaria. Ia memiliki anak gadis benama Zubaedah. Atas permintaan Zakaria, Zubaedah dinikahkan dengan Suria. Pernikahan tanpa cinta itu justru membawa mala petaka bagi Zubaedah. Suria berfoya-foya setelah ayahnya meninggal. Ia meninggalkan Zubaedah yang baru melahirkan anak pertama, yang diberi nama Abdullhalim. Ketika hartanya ludes ia kembali ke Zubaedah. Ia telah bekerja sebagai juru tulis di kantor asisten di kabupaten.
Gaya kehidupan Suria membawa kehancuran bagi keluargannya. Hutang dimana-mana, tetapi gaya hidup Suria yang gila hormat itu bagai seorang priyayi yang berpenghasilan tinggi. Babu di rumahnya digaji, tapi untuk sekolah anaknya ia masih menunggu kiriman dari orang tua Zubaidah di Tasik.
Suatu hari ketika Suria di kantornya, ia mendengar tentang lowongan menjadi klerek. Kemudian ia meminta bantuan kepada atasannya dan segera mengirimkan permohonan menjadi klerek. Dan memberitahu Zubaidah bahwa ia akan segera diangkat menjadi klerek.
Zubaidah semakin cemas dengan tinkahlaku suaminya yang semakin hari semakin menyombongkan dirinya kepada orang lain karena kabar kenaikan pangkatnya yang belum pasti. Sekarang, hanya Abdulhalimlah yang dapat menyenangkan hati Zubaidah karena kabar diterimanya Abdulhalim menjadi kandidat amtenar di kantor kabupaten Bandung. Dan kemudian Abdulhalim menikah dengan anak jaksa kepala.
Dengan gaya hidup sombongnya kemalangan terus menimpa Suria. Ia tidak jadi diangkat menjadi klerek. Bahkan ia gagal untuk menikahi wanita lain, Fatima. Usaha Zubaidah menasehati suaminya sia-sia.
Karena sakit jantung Zubaidah pun meninggal. Segala upaya telah dilakukan Abdulhalim dan keluaraganya untuk menyembuhkan Ibunya. Usahanya sia-sia. Setelah kematian istrinya, Suria diusir dari rumah Abdulhalim.
Sekarang Suria tinggalah Suria yang hidup di jalanan setelah kematian istrinya. Ia baru menyadari semua kesalahanya terhadap anak-bininya.





Sinopsis Novel Di Bawah Lindungan Kabah

Sinopsis Novel Di Bawah Lindungan Kabah

Judul               : Di Bawah Lindungan Kabah
Penulis             : Hamka
Penerbit           : Bulan Bintang
Thn Terbit       : 1978

Hamid adalah seorang anak yatim dan miskin. Dia kemudian diangkat oleh keluarga Haji Jafar yang kaya-raya. Hamid dianggap sebagai anak mereka sendiri, Mereka sangat menyayanginya sebab Hamid sangat rajin, sopan, berbudi, serta taat beragama.
Hamid sangat menyayangi Zainab. Begitu pula dengan Zainab. Ketika keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing mulai tumbuh perasaan lain. Suatu perasaan yang selama ini belum pernah mereka rasakan. Hamid merasakan bahwa rasa kasih sayang yang muncul terhadap Zainab melebihi rasa sayang kepada adik, seperti yang selama ini dia rasakan. Zainab juga ternyata mempuanyai perasaan yang sama seperti perasaan Hamid.
Hamid tidak berani mengutarakan isi hatinya kepada Zainab sebab dia menyadari bahwa di antara mereka terdapat jurang pemisah yang sangat dalam. Zainab merupakan anak orang terkaya dan terpandang, sedangkan dia hanyalah berasal dari keluarga biasa dan miskin.
Jurang pemisah itu semakin dalam. Dalam waktu bersamaan, Hamid mengalami peristiwa yang sangat menyayat hatinya. Mulai dari meninggalnya Haji Jafar hingga puncak kepedihan hatinya ketika mamaknya, Asiah, mengatakan kepadanya bahwa Zainab akan dijodohkan dengan pemuda lain, yang masih famili dekat dengan almarhum suaminya. Bahklan, Mak Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zainab agar mau menerima pemuda pilihannya. Hamid terpaksa menurutinya.
Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan kampungnya. Dia meninggalkan Zainab dan dengan diam-diam pergi ke Medan dari . Sesampainya di Medan, dia menulis surat kepada Zainab. Dalam suratnya, dia mencurahkan isi hatinya kepada Zainab. Menerima surat itu, Zainab sangat terpukul dan sedih. Dari Medan, Hamid melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura. Kemudian, dia pergi ke tanah suci Mekah.
Ketika musim haji, banyak tamu menginap di tempat dia bekerja. Di antara para tamu yang hendak menunaikan ibadah haji, dia melihat Saleh, teman sekampungnya.. Dia mendapat banyak berita tentang kampungnya termasuk keadaan Zainab. Dari penuturan Saleh, Hamid mengetahui bahwa Zainab juga mencintainya. Sejak kepergian Hamid, Zainab sering sakit-sakitan. dia tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan mamaknya. Namun pada akhirnya Zainab wafat akibat penyakitnya. Kesedihan dan sakit menghampiri Hamid. Ia menutup mata selamanya setelah meanjatkan doa sambil memegang kiswah.



Sinopsis Novel Royan Revolusi

Sinopsis Novel Royan Revolusi

Judul               : Royan Revolusi
Penulis             : Ramadhan K.H.
Penerbit           : Gunung Ahunh
Thn Terbit       : 1927

    Indra Idrus merupakan mahasiswa pertanian berbadan kurus jakung. Ia mempunyai watak yang jujur dan bermoral serta semangat revolusioner. Dalam masa revolusi ia juga ikut berjuang merebut kemerdekaan Indonesia. Ayahnya bernama Wiradinata yang telah bercerai dengan Fatimah ibu Idrus, semenjak Idrus masih kecil. Wiradinata kemudian menikah dengan wanita yang dipanggil Ny. Grada dan mempunyai dua anak Rusmi dan Ani yang merupakan adik tiri Idrus.
 Kabar mengejutkan ia dapatkan ketika ia berkunjung ke rumah ayahnya. Mula-mula ia hanya tahu bahwa Ani, adik tirinya sedang sakit di rumahsakit, namun begitu mengetahui bahwa Adiknya telah hamil diluar nikah, ia sangat terpukul
Idrus sesungguhnya tidak merasa senang sebagai mahasiswa pertanian. Cita-cita yang ingin dia capai adalah sebagai seorang pengarang/penulis. Setelah ia meminta izin kepada Ibunya Ia pindah ke Jakarta dan dengan modal awal dua puluh lima ribu rupiah, bersama Ramli, kawan seperjuangannya. Akhrinya mereka mendirikan percetakan dan penerbitan buku.
Dalam usahanya memajukan perusahaanya Idrus mulai terseret dalam perbuatan-perbuatan yang selama ini dibencinya. Ia mulai terpengaruh Ramli dan mulai menyuap agar penerbitnya mendapat pesanan.
Suatu ketika Idrus mengunjungi kekasihnya “Juwita”, Idrus mendapat kabar bahwa kekasihnya akan menikah bersama Mochtar lelaki yang bahkan sudah berbini dan beranak. Sangatlah terpukul hatinya, terlebih ketika Ia mengetahui bahwa Juwita telah hamil. Akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan negerinya, mengejar cita-citanya dan pergi ke Eropa.
Di Eropa ia bertemu dengan Panji, teman seperjuangannya dulu. Kebobrokan moral disaksikanya sendiri bahwa temanya telah hidup layaknya suami istri dengan wanita yang bukan istrinya dan bahkan telah bersuami. Dan ketika berada di Eropa pula ia mendapat surat mengenai ibunya yang telah tiada, dan hal itu menambah kemelut didalam batinnya.
Di tengah perjalananya Idrus bertemu Eya Kuusela, wanita berkebangsaan Finlandia atau lebih tepatnya berasal dari Helsinki. Mereka kemudian menjalin hubungan cinta kasih. Gadis itu menarik perhatiannya bahkan merawat Idrus ketika sakit. Ia mempunyai kasih sayang yang tulus. Namun akhrinya mereka harus berpisah karena Idrus harus pulang ke Indonesia. Berkat Eya Kuusela, Idrus menemukan kembali semangatnya yang dulu hilang.
Sepulang di Indonesia Ia bekerja sebagai wartawan pada salah satu surat kabar. Dari sana ia bertekat membongkar korupsi yang ternyata melibatkan teman-temanya. Namun pada akhirnya ia harus mengundurkan diri dari pekerjaanya karena bertengkar dengan pemilik redaksi yang juga tidak jujur.
Idrus mulai membina hubungan dengan Rukiah kekasih barunya. Mereka bahkan telah memperoleh restu dari orang tua Rukiah, namun lagi-lagi takdir tidak mengizinkan. Rukiah harus berpulang dalam kecelakaan kereta api yang juga menyebabkan Idrus dirawat sampai lebih dari sepuluh hari.
Kejadian tersebut pula yang membukakan hati Wiradinata. Akhrinya Ia menyadari kekeliruan  yang telah dibuatnya dengan menelantarkan putranya. Ia datang menjenguk Idrus dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kejadian itulah yang mendekatkan ayah dan anak itu.
Setelah mempunyai kebulatan tekat, Idrus kembali ke kampung halamannya. Rupanya di kampung halamanya Idrus menyaksikan keadaan yang sama saja bobroknya dengan di kota. Para petugas desa, pemimpin agama sama saja.
Bagaimanapun kita semua harus mematahkan rantai rantai penjajahan dengan tekat kita. Kitalah yang punya kewajiban meluruskan jalan menuju kebahagiaan dalam kemerdekaan. Kitalah yang punya kewajiban mengisi kemerdekaan. Orang-orang yang merasa puas tak akan mungkin melanjutkan revolusi ini. Itulah tekat Idrus dan tidak akan hilang.



Sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk (bukuI Catatan Buat Emak)

Sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk (buku I Catatan Buat Emak)           

Judul               : Ronggeng Dukuh Paruk (buku I Catatan Buat Emak)
Penulis             : Ahmad Tohari
Penerbit           : Gramedia
Thn Terbit       : 2011

Dukuh Paruk adalah sebuah desa yang terletak di pedukuhan yang sangat terpencil dan jauh dari manusia-manusia modern. Di desa yang keadaannya kering kerontang terdapat penduduk yang mempercayai bahwa mereka keturunan dari Ki Secamenggala, seorang bromocorah yang dianggap sebagai nenek moyang mereka.
Srintil merupakan anak pembuat tempe bongkrek yang menjadi piatu akibat bencana tempe bongkrek. Sejak kecil srintil dirawat oleh kakek dan neneknya. Saat usianya masih anak-anak ia memiliki seorang teman Rasus, Warta, dan Darsun. Ketiganya sangat senang melihat srintil  menari bak ronggeng. Meskipun masih kecil, srintil sangat pandai  menari.  
Kemampuan srintil menari ronggeng akhirnya diketahui oleh kakeknya, dan ia menyampaikannya kepada Kertarreja, seorang dukun ronggeng. Kehadiran Srintil, yang saat itu berusia sebelas tahun, merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu oleh penduduk dukuh paruk. Kemampuan srintil menari ronggeng, menghidupkan kembali tradisi yang selama ini telah hilang.
Sebagaimana adat Dukuh Paruk, untuk menjadi seorang ronggeng srintil harus melewati tahap-tahap yang tidak mudah.  Srintil harus diserahkan kepada dukun ronggeng, karena ia harus mendapat perawatan khusus. Srintil juga harus dimandikan di depan cungkup makam Ki Secamenggala, dan yang terakhir adalah prosesi bukak kelambu. Pada prosesi bukak kelambu srintil harus menyerahkan keperawanannya pada lelaki manapun yang sanggup memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Sejak Srintil menjadi ronggeng, ia semakin jauh dari Rasus dan Rasus merasa kehilangan sosok emaknya. Sejak saat itu pula Rasus memilih untuk keluar dari desa yang telah membesarkannya. Di dusun Dawuan inilah Rasus mampu mengubah pandangan hidupnya dan menghilangkan semua peristiwa yang selama ini membayangi dan menyakitkan hatinya.
Selama di Dawuan kehidupan Rasus pun berubah, ia menjadi seorang Tobang para tentara. Saat ia bermalam di dukuh paruk untuk menemani neneknya yang sudah tua, srintil berkata pada Rasus bahwa ia ingin menjadi pendamping hidupnya dan ia rela meninggalkan profesinya sebagai ronggeng di dukuh paruk tetapi Rasus menolaknya. Akhirnya, saat semua masih terlelap dalam tidurnya Rasus meninggalkan sepenuhnya desa Dukuh Paruk  dan berbagi macam kenangannya di desa yang telah membesarkannya.